Jumat, 22 Agustus 2014

KB Wanita

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat.Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 dan program kesehatan masyarakat yang semakin meningkat, sejak tahun 1960-an mengakibatkan turunnya angka kematian di dunia, tetapi tidak diimbangi dengan angka kelahiran yang semakin meningkat. Keadaan ini berpengaruh terhadap pertambahan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat sehingga menimbulkan banyak permasalahan.Oleh karena itu diperlukan langkah kebijakan secara terpadu dan terkoordinasi dalam menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk dapat dikendalikan.Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertambahan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB) yang dilaksanakan mulai tahun 1970.
Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.Keluarga Berencana memiliki dua program, yaitu KEI (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi) dan Pelayanan Kontrasepsi.Berbagai macam pilihan alat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah khususnya bagi wanita, antara lain: pil, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), implant, tisu KB, tubektomi (MOW), cream, jelly, dan foam. Pemilihan alat kontrasepsi bagi wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, penghasilan keluarga, dan kerjasama pasangan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi pada wanita, antara lain: umur istri, umur anak terakhir, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan formal suami, jenis pekerjaan suami, jenis pekerjaan istri, dan rencana kehamilan lagi. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi, variabel diukur dalam skala kategori, sedangkan alat kontrasepsi wanita, yaitu pil, IUD, implant, suntikan, dan MOW sebagai variabel yang dipengaruhi juga bersifat kategori.
Salah satu cara untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen yang mempunyai kategori lebih dari dua, dengan beberapa variabel independen yang bersifat kontinyu, kategorik, atau keduanya adalah dengan menggunakan analisis regresi logistik multinomial. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui probabilitas wanita dalam memilih alat kontrasepsi tertentu dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi wanita tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1. Untuk mengerti definisi KB.
1.2.2. Untuk memahamimanfaat dan tujuan KB.
1.2.3. Untuk memahami metode KB.
1.2.4. Untuk memahami macam-macam KB dan cara pemasangannya.















BAB 2
TINJAUAN TEORI
KELUARGA BERENCANA (KB)

2.1 Pengertian KB
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama dikenal.KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak.
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap.

2.2 Tujuan Keluarga Berencana
1) Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan.
2) Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat instri berusia 20 – 30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan anak dengan jarak kelahiran 3 – 4 tahun.
3) Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri lebih dari 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.

2.3 Manfaat Keluarga Berencana
1) Mencegah kehamilan terlalu dini
2) Mencegah kehamilan terlalu telat
3) Mengatur jarak kehamilan berikutnya

2.4 Metode KB
1. Menurut artikel medicastore metode kontrasepsi dibagi menjadi 4 :
1) Kontrasepsi Tehnik
Metode kontrasepsi teknik, terdiri dari sistim kalender dan sistim senggama terputus (coitus interruptus). Keduanya merupakan carapaling kuno untuk menunda kehamilan. Pada sistim kalender, Anda harus menghitung dan memprediksi masa subur dengan akurat. Dalam cara ini, senggama hanya boleh dilakukan dalam saat yang diyakini bukan masa subur sang wanita. Sedangkan pada metode senggama terputus, senggama boleh dilakukan kapan saja, namun ejakulasi yang dialami sang pria harus di luar vagina, agar spermanya tidak ada yang masuk ke dalam vagina pasangannya.
Problemnya, kedua cara tersebut memiliki angka kegagalan yang paling tinggi. Risiko untuk tetap terjadinya kehamilan setelah mengunakan metode ini cukup besar. Ya jelas saja, sebab kedua cara tersebut sangat membutuhkan modal kedisiplinan dan saling pengertian antara suami istri saat berhubungan. Untuk sistim kalender, bahkan lebih rumit lagi untuk menghitung masa subur bila siklus haid kurang teratur. Wanita yang siklus haidnya tidak sesuai masa normal 25 - 35 hari sebaiknya jangan menggunakan metode kalender, besar kemungkinan bisa kebobolan
2) Kontrasepsi Mekanik
Untuk menunda kehamilan dengan kontrasepsi mekanik, dapat digunakan alat-alat kontrasepsi seperti IUD (Intra Uterine Device / spiral), kondom pria, kondom wanita, spermatisida (misalnya tissue KB & busa / sponge), diagframa vagina.Kondom pria dan kondom wanita sama-sama berguna untuk memblokir masuknya sperma ke dalam rahim. Sedangkan spermatisida adalah bahan kimia aktif yang akan membunuh sperma dalam medium pengikat. Karena efektivitasnya kurang, biasanya digunakan bersamaan dengan diagframa vagina, lingkaran cincin yang berguna untuk mencegah masuknya sperma. Sedangkan IUD, atau yang lebih populer disebut ‘spiral’, adalah alat kontrasepsi dari bahan polythylene, umumnya dilapisi kawat tembaga, yang berguna mencegah masuknya sperma dan menjadikan rahim tidak dapat menerima hasil pembuahan.
Sedangkan kondom digunakan di luar alat kelamin, maka diagframa vagina dan spermatisida harus dimasukkan ke dalam vagina. Itulah sebabnya berbagai keluhan sering timbul, seperti ketidaknyamanan, alergi, kesulitan memasang, atau kemungkinan bergesernya posisi kontrasepsi saat bersenggama. Sedangkan IUD, yang dimasukkan ke dalam rahim, bisa membuat haid lebih berat serta nyeri pinggang.
3) Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi yang satu ini memang lebih nyaman dibandingkan dengan jenis lainnya. Pada kontrasepsi hormonal, yang digunakan adalah hormon estrogen dan progesteron Penggunaannya dengan meminum pil KB sesuai petunjuk atau bisa juga dengan cara disuntikkan. Baik pil KB maupun suntik memiliki jenis yang hanya mengandung progresteron (biasanya untuk yang masih menyusui) maupun yang kombinasi estrogen dan progresteron.
Jenis yang hanya mengandung progresteron, sering dinamakan Mini Pill atau POP (progesteron only pill), bekerja dengan mengentalkan lendir pada mulut rahim sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim.Jenis ini efektivitasnya lebih rendah karena tidak bekerja mencegah ovulasi.Selain itu, kadangkala menimbulkan efek samping membuat siklus haid jadi tidak teratur, serta ada risiko penyusutan vagina bila digunakan dalam jangka panjang.Umumnya, dokter hanya menganjurkan penggunaan mini pill saat ibu masih menyusui, dan selanjutnya beralih ke pil KB kombinasi saat bayi sudah mendapat tambahan makanan dari luar.
Pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah dari estrogen dan progresteron, bekerja dengan cara mencegah masuknya sperma dan juga mencegah ovulasi (pelepasan sel telur). Sampai saat ini pil kontrasepsi kombinasi ini merupakan cara yang dianggap paling efekif dibandingkan dengan cara kontrasepsi lain dalam mencegah kehamilan. Tak tanggung-tanggung, efektivitasnya dikatakan hampir 100 %, asalkan disiplin meminumnya.
Pil kontrasepsi kombinasi ini juga punya banyak keuntungan.Misalnya saja bisa mengurangi risiko kanker ovarium & endometrium, risiko anemia, menghindari nyeri ovulasi, mengurangi gejala PMS (pre-menstrual syndrome), membantu meringankan ketombe, serta membuat siklus haid menjadi teratur.
Jenis pil yang lain yaitu pil KB plus, yaitu pil KB kombinasi dengan progesteron anti-androgenik CPA, yang selain sebagai kontrasepsi sekaligus mencegah jerawat dan membuat kulit lebih halus & mulus. Pil ini aman dikonsumsi oleh wanita yang belum pernah hamil atau sudah melahirkan sekalipun. Artinya, jika wanita yang mengkonsumsinya ingin hamil lagi, ia akan kembali subur segera ketika ia berhenti mengkonsumsi pil tersebut. Pil inipun aman jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, bahkan hingga menjelang masa menopause. Syaratnya, harus benar-benar sehat, bukan perokok dan teratur melakukan check-up kesehatan dan pap smear. Satu hal yang perlu diperhatikan, pil KB ini sama sekali tidak boleh digunakan pada kondisi-kondisi sebagai berikut : sedang dalam kehamilan, riwayat thromboemboli, riwayat kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati, serta menderita tumor ginekologis (di alat reproduksi, mis: payudara, rahim, dsb).
Sedangkan kondisi yang masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi pil KB asalkan dalam pengawasan dokter, atau disebut sebagai kontra indikasi relatif, adalah penderita diabetes, hipertensi, gangguan ginjal, jantung, migren, pendarahan vagina berat, masa menyusui, dan hipersensitif pada hormon.
4) Kontasepsi Sterilisasi
Metode ini mencegah kehamilan dengan cara mengikat atau memotong saluran sel indung telur (tuba falopi) pada wanita, yang disebut sebagai tubektomi. Atau, bisa juga dengan cara mengikat / memotong saluran sperma pada pria, yang disebut sebagai vasektomi. Dengan cara tersebut, seseorang menjadi ‘steril’ atau tidak subur lagi. Umumnya, metode ini digunakan oleh pasangan yang sudah benar-benar mantap tidak ingin menambah keturunan lagi.

2. Sedangkan menurut artikel kesepro metode kontrasepsi dibagi menjadi 5:
1) Metode Perintang
bekerja dengan cara menghalangi sperma dari pertemuan dengan sel telur (merintangi pembuahan).
2) Metode Hormonal
Mencegah indung telur mengeluarkan sel-sel telur, mempersulit pembuahan, dan menjaga agar dinding-dinding rahim tak menyokong terjadinya kehamilan yang tak dikehendaki.
3) Metode menggunakan alat – alat yang dimasukkan kedalam rahim
Gunanya untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma.
4) Metode Alamiah
Yang membantu Anda mengetahui kapan masa subur Anda, sehingga Anda dapat menghindari hubungan seks pada masa itu.
5) Metode Permanen
Metoda yang menjadikan Anda taua pasangan Anda tidak bisa lagi memiliki anak untuk selamanya; lewat suatu operasi.

2.5 Macam-macam KB
Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap (Yuwielueninet, 2008).
1) Kontrasepsi mekanik
Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung.Maksudnya, kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim.Ada beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam golongan mekanik ini, yaitu kondom dan diafragma.
1.1 Diafragma
Kontrasepsi wanita yang mirip kondom.Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim.Terbuat dari bahan karet dan agak tebal.Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim. Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya.Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.




1.2 Alat kontrasepsi dalam rahim
Alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload). Yang paling terkenal Copper T dan Multiload. Kontrasepsi tersebut jadi pilihan karena kenyamanannya. Modifikasi terbaru Copper T, yaitu Nova T memiliki keunggulan lebih lembut. Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika ingin hamil lagi.
Sebagai pemakai, bisa dilakukan pemeriksaan sendiri keberadaan alat tersebut.Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut rahim.Seandainya Anda sudah melakukan pemasangan kontrasepsi ini, jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang.Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan. Pemakaian kontrasepsi tanpa bahan aktif tembaga (copper) dapat terus berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif tembaga, 3-4 tahun harus diganti.Yang perlu diingat kontrasepsi ini bukanlah alat yang sempurna.Masih ada kekurangannya.Misalnya, kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi.Mungkin akibat benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga menimbulkan perlukaan dan mengganggu dalam hubungan seksual.Pemakaian AKDR juga membuat kita lebih mudah keputihan.Karena itu sebaiknya kontrasepsi initidak digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan yang tidak jelas.Keuntungannya, alat ini bisa dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama sekali tidak mengganggu produksi ASI, jika ibu sedang menyusui. Efektifitas pemakaian kontrasepsi dalam rahim ini, dari seribu pasangan, sekitar 5 wanita dalam setahun akan hamil.
Prosedur pemasangan :
Alat : 1. tabung inserter.
Cara pemasangan :
Langkah 1
Tariktena kulum ( yang masih menjepit serviks sesudah melalukakan sonde uterus ) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus . masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal.
Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ad tahanan dari fundus uteri .pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal .
Langkah 2
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan tepat berada difundus(puncak kavum uteri).
Langkah 3
Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter.Setelah pendorong keluar dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada ditempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.
Langkah 4
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak tersembuul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut sengan menggunakan gunting Mayo yang tajam
Prosedur Pencabutan:
Langkah 1
Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR .
Langkah2
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2-3 kali.
Langkah3
Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang. Memberitahu pada klien mungkin timbul rasa sakit tapi itu normal.
1) Pencabutan normal, jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik .
2) Pencabutan sulit, bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung .
Langkah 4.
Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.


Kelebihan:
1) Pencegah kehamilan yang paling ampuh paling tidak selama 10 tahun
2) Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan
3) Tidak terpengaruh oleh obat-obatan
4) Tidak mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI
5) Bisa subur kembali setelah IUD dikeluarkan
6) Dapat mencegah kehamilan di luar kandungan
Kelemahan:
1) Bisa merasakan pembengkakan di pinggul
2) Pemasangannya membutuhkan prosedur medis
3) Terjadi perubahan siklus haid
Bisa keluar dari rahim tanpa diketahui, sehingga wanita yang memakai IUD harus rutin periksa ke tenaga kesehatan
Saat memasang dan mengeluarkan IUD, harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih
Saat haid, darah yang keluar cukup banyak sehingga bisa menyebabkan kurang darah
Bisa merasakan nyeri setelah 3-5 hari pertama pemasangan
1.3 Spermisida
Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma. Dari 100 pasangan dalam setahun, ada 3 wanita yang hamil. Tapi karena sering salah dalam pemakaiannya, bisa terjadi sampai 30 kehamilan.
Banyak wanita merasa tak nyaman menggunakan spermasida. Keluhannya, tidak enak dan timbul alergi. Selain itu, pemakaiannya agak merepotkan menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit mencapai kepuasan (Prawirohardjo, 2006).


2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk (Prawirohardjo, 2006). Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.
2.1. Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen. Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah. Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering. Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium.
Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti flek hitam. Juga dapat memengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI. Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid. Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.



Kelebihan:
1) Sangat ampuh digunakan bila pemakaian dilakukan secara teratur tidak terputus.
2) Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
3) Bisa digunakan oleh wanita segala usia.
4) Kesuburan bisa kembali setelah penghentian pemakaian.
5) Mengatur siklus haid
Kelemahan:
1) Rasa mual dialami pada pemakaian 3 bulan pertama
2) Pendarahan atau bercak darah, jika lupa atau terlambat minum pil.
3) Mengakibatkan sakit kepala ringan.
4) Bisa mengakibatkan kenaikan berat badan.
5) Haid akan berhenti.
6) Walau sangat jarang resiko serangan stroke, serangan jantung, dan penggumpalan darah pada pembuluh dialami oleh wanita penderita darah tinggi atau wanita berusia 45 tahun ke atas dan merokok.

2.2. Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem). Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar. Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.
Kelebihan:
1) Memberi perlindungan terhadap kanker rahim, kanker indung telur, dan pembengkakan pinggul.
2) Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
3) Mudah digunakan. Hanya sekali suntikan setiap 3 bulan dan bisa langsung subur kembali setelah penghentian pemakaian.
4) Memperkecil kemungkinan kekurangan darah dan nyeri haid.
5) Bisa digunakan oleh wanita yang sudah mempunyai anak ataupun wanita yang baru saja menikah.
6) Untuk kunjungan ulang tidak perlu terlalu tepat waktu.
7) Jika digunakan oleh ibu menyusui enam bulan setelah melahirkan tidak akan mengganggu kelancaran ASI.
Kelemahan:
1) Bisa menyebabkan kenaikan berat badan.
2) Awal pemakaian bisa terjadi bercak.
3) Setelah satu tahun digunakan dan berhenti, haid belum teratur
4) Kesuburan lambat terjadi dan membutuhkan waktu kurang lebih 4 bulan.

2.3. Susuk
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk satu kapsul implanon. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma (Prawirohardjo, 2006). Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.
Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.
Cara pemasangan :
Peralatan dan instrument untuk insersi :
1) Meja periksa untuk berbaring klien
2) Alat penyangga lengan (tambahan)
3) Batang implant dalam kantong
4) Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat meletakkan implant.
5) Sepasang sarung tangan karet bebas bedak yang sudah disteril (atau disinfeksi tingkat tinggi).
6) Sabun untuk mencuci tangan.
7) Larutan antiseptic untuk disinfeksi kulit (misal: larutan betadin atau jenis golongan Povidon Iodin lainnya), lengkap dengan cawan\mangkok antikarat.
8) Zat anastesi lokal(konsentrasi 1% tanpa Epinefrin).
9) Semprit (5-10 ml), dan jarum suntik (22 G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 ½ per inch)
10) Trokar 10 dan mandarin
11) Skalpel 11 atau 15
12) Kasa pembalut, band aid, atau plester
13) Kasa streril dan pembalut
14) Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk keperluan darurat).
15) Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan).
16) Bak /tempat instrument (tertutup)
PenatalaksanaanKB susuk:
Langkah 1
Pakai sarung tangan steril dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang)
Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai .Hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya.
Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic.Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa barantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan,hati-hati jangan sampai mengkontaminasi sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril).Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi kea rah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan.Hapus antiseptic yang berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
Bila ada gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan.Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.Dapat juga dengan menutupi lengan dibawah tempat pemasangan dengan kain steril.
Langkah 6
Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (1% tanpa Epunefrin).Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implan.
Langkah 7
Masukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi (yang terdekat dengan siku) kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah.Suntikkan sedikit obat anastesi untuk membuat gelembung kecil dibawah kulit.Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm.

3. Kontrasepsi Mantap
Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi (Manuaba, 2006).


3.1. Kontrasepsi Mantap Tubektomi :
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Sterilisasi tuba bisa dilakukan 24-48 jam pasca melahirkan pada persalinan tanpa komplikasi dan bayi diyakinkan sehat.
Kelebihan:
1) Konseling mutlak diperlukan.
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui.
3) Tidak mengganggu hubungan seks dan perubahan dalam fungsi seksual.
4) Sangat efektif dan permanen.
5) Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana.
6) Tidak ada efek samping
Kelemahan:
1) Dapat menyesal di kemudian hari saat ingin memiliki anak lagi.
2) Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
3) Harus dilakukan dokter terlatih atau dokter spesialis.
4) Harus dipertimbangkan dengan baik karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi

3.2. Kontrasepsi Mantap Vasektomi
Sterilisasi berencana bisa dilakukan pada 6-8 minggu postpartum pada pasangan yang benar-benar yakin dan bayi dalam keadaan sehat. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi prida dengan jalan melakukan okusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Kelebihan:
1. Sangat efektif dan permanen.
2. Tidak ada efek samping jangka panjang.
3. Konseling dan persetujuan mutlak diperlukan
Kelemahan:
Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat tindakan, akibat reaksi anafilaksi yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadapa anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia

4. Aman bagi pasangan baru menikah
Pasangan yang baru menikah dan belum berencana mempunyai anak, sebaiknya menggunakan metode sederhana untuk menunda kehamilan (Yuwielueninet, 2008).
1) Pantang Berkala (KB Kalender).
Untuk menghindari kehamilan, lakukan hubungan intim hanya saat istri dalam masa tidak subur. Ini bisa dilakukan pada pasangan yang istrinya mempunyai siklus haid teratur. Kerjasama dan pengertian suami sangat dibutuhkan dalam hal ini.
2) Senggama Terputus
Cara ini mungkin bisa menghindari kehamilan. Konsepnya, mengeluarkan alat kelamin menjelang terjadinya ejakulasi. Cuma, cara ini memang agak mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Tingkat kegagalannya cukup tinggi, 30-35 persen. Ini lebih disebabkan suami tidak bisa mengontrol, sehingga sperma tetap saja tertumpah di mulut rahim dan tetap bisa masuk vagina mengakibatkan kehamilan.

2.6Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan PemakaianKontrasepsi
Faktor yang berhubungan dengan pemilihan pemakaian alat kontrasepsi, terlebih dahulu akan diuraikan tentang faktor-faktor yang berkontribusi atas perilaku kesehatan menurut beberapa ahli, diantaranya seperti menurut di bawah ini:
Menurut teori Green, dalam Notoatmodjo (2005) perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: predisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor. predisposing factor atau faktor yang memudahkan seperti: karakteristik, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Enabling factor atau faktor yang memungkinkan seperti ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : fasilitas dan petugas kesehatan. Untuk berprilaku sehat, Masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Reinforcing Factor atau faktor pendorong seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, suami, teman.
Menurut Berthrand (1980) perilaku kesehatan berperan dalam menentukan keikutsertaan akseptor dalam keluarga berencana. Berthrand menyatakan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap dan penggunaan alat kontrasepsi atau KB yaitu : faktor sosio demografi, faktor sosio psikologis, dan faktor pemberi pelayanan
1) Faktor sosio demografi
Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standard hidup yang lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga dan status pekerjaan, jenis rumah, gizi.
Beberapa faktor demografi tertentu juga memengaruhi penerimaan KB di beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang berkembang, penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 tahun yang sudah memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga memengaruhi adalah suku dan agama.
2) Faktor sosial-psikologi
Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologis yang penting antara lain adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki-laki, sikap terhadap KB, komunikasi suami isteri terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan efek samping alat kontrasepsi.

3) Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) merupakan salah satu faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat pelayanan dan keterlibatan dengan media massa.

























BAB 3
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengertian Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan (Erlina, 2008).
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita bersangkutan tidak mendapat keturunan lagi.Tubektomi merupakan alat kontrasepsi yang paling efektif dengan angka kegagalan kurang dari 1%. Tubektomi dapat dilakukan paska abortus, postpartum atau pada masa interval ( Mansjoer, 2000).

3.2 Mekanisme kerja
1) Minilaparotomi
2) Laparoskopi

3.3 Keuntungan nonkontrasepsi Tubektomi
1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
2) Tidak bergantung pada faktor senggama
3) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius misalnya kanker ovarium.
4) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)

3.4 Keterbatasan
1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi
2) Klien dapat menyesal di kemudian hari
3) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5) Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi)
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

3.5 Syarat – syarat Tubektomi
A. Yang dapat menjalani Tubektomi
1) Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
2) Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan
3) Usia > 26 tahun
4) Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn
5) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
6) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
7) Pascapersalinan dan atau pasca keguguran
8) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

B. Yang tidak dapat menjalani Tubektomi
1) Hamil
2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6) Belum memberikan persetujuan tertulis
7) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
8) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
9) Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
10) Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja).

3.6 Pengkajian
3.1 Aktivitas / istirahat
Gejala : kerja, aktivitas yang banyak menyebabkan banyak gerakan
3.2 Sirkulasi
Gejala : Kongestif unilateral
3.3 Makanan / cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan
3.4 Integritas Ego
Gejala : stress/takut tentang prosedur penatalaksanaan
3.5 Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada daerah operasi
3.6 Keamanan
Tanda : Edema, eritema pada daerah sekitar daerah operasi.

3.7 Asuhan Keperawatan
1) Diagnosa : takut/ansietas
Kriteria hasil :
a. Mengakui dan mendiskusikan masalah
b. Melaporkan takut dan ansietas berkurang
Intervensi dan rasional
a. Yakinkan informasi pasien tentang prosedur penatalaksanaan
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan informasi dan membantu mengidentifikasi dengan ansietas tinggi
b. Jelaskan tujuan dan persiapan pembedahan
Rasional : Pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan perasaan terkontrol dan mengurangi ansietas.
c. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan, jaga privasi pasien
Rasional : waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan.
d. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut
Rasional : memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi.
e. Kaji tersedianya dukungan pada pasien
Rasional : Menjadi sumber yang membantu bila pasien siap.
f. Diskusikan / jelaskan peran rehabilitas setelah pembedahan.
Rasional : Rehabilitas adalah komponen terapi penting untuk memenuhi kebutuhan fisik, social, emosional dan vokasional sehinnga pasien dapat mencapai tingkat dan fungsi emosi sebaik mungkin

2) Diagnosa : Nyeri akut
Kriteria hasil
a. Mengekspresikan penurunan nyeri / ketidaknyamanan
b. Tampak rileks
Intervensi dan rasional
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 – 10)
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk keefektifan analgesik
b. Bantu klien untuk menemukan posisi nyaman
Rasional : mempengaruhi pasien untuk rileks
c. Dorong ambulasi dini dan penggunaan tehnik relaksasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
d. Berikan obat nyeri sesuai jadwal
Rasional : memperatahankan kenyamanan
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian narkotik
Rasional : Memberikan penghilangan ketidaknyamanan / nyeri dan memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pascaoperasi.

3.8 Evaluasi
1. Menerima secara nyata
2. Komplikasi dapat dicegah
3. Prosedur / prognosis dan program terapi dipahami

























BAB 4
PENUTUP


4.1. Kesimpulan
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dimana tujuannya adalah untuk menunda kehamilan karena masih dibawah umur atau untuk mengurangi kesuburan pada pasangan. Ada macam-macam KB yang dapat dipilih untuk wanita yang ingin melakukan KB seperti KB mekanik dimana KB ini sifatnya melindungi saja. Contoh KB mekanik adalah diafragma,IUD (alat kontrasepsi di dalam rahim) dan spermisida. Ada pula KB hormonal dimana Kb ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk. Kemudian ada KB mantab yaitu vasektomi dan tubektomi. Lalu untuk pasangan baru menikah dapat menggunakan KB kalender atau senggama terputus.

4.2. Saran
Diharapkan untuk pasangan yang akan melakukan KB untuk konsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau bidan agar dapat memperkirakan KB apa yang cocok untuk dirinya karena setiap KB memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap pasangan juga harus mendiskusikan benar-benar bila akan melakukan KB agar tidak saling menyalahkan.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca karena penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna.







Daftar Pustaka


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri: obstetri operatif, obstetric social. Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari dkk.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Tridasa Printer.
Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.
http://danahauses.blogspot.com/2009/04/jenis-jenis-alat-kontrasepsi-bagian1.html
http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/06/macam-macamalatkontrasepsidan-efek.html
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=275465:mengenal-5-jenis-alat-kontrasepsi&catid=61:seks&Itemid=136
http://www.rshappyland.com/index.php/artikelkesehatan/474-menentukanpilihan-alat-kontrasepsi-yang-tepat
http://cietciet.blogspot.com/2012/04/macam-macammetodekontrasepsiuntuk.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar