Rabu, 20 Agustus 2014

ASKEP MENIERE

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Definisi
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861.Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan.Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga.Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam. Endolimph atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di dalam labirin telinga dalam. Kation utama yang berada di cairan ekstraselular ini adalah kalium.Ion yang terdapat di dalam endolimfe lebih banyak dari perilimfe.Sedangkan perilimfe adalah cairan ekstraseluler yang terletak di koklea, tepatnya pada bagian skala timpani dan skala vestibuli.Komposisi ionik perimlife seperti pada plasma dan cairan serebrospinal.Kation terbanyak adalah natrium.Perilimfe dan endolimfe memiliki komposisi ionik yang unik yang sesuai untuk menjalankan fungsinya yaitu mengatur rangsangan elektrokimiawi dari sel-sel rambut di indera pendengaran.Potensoal listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari perilimfe. Canalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran), merupakan suatu struktur yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berlainan, yaitu: canalis semisirkularis horizontal, canalis semisirkularis vertikal superior, canalis semisirkularis vertikal posterior. Masing-masing canalis semisirkularis berisi cairan endolympha dan pada salah satu ujungnya yang membesar disebut ampula, berisi reseptor keseimbangan yang disebut cristac ampularis.Masing-masing cristac terdiri dari sel-sel bercillia dan sel-sel penyangga yang keseluruhannya ditutupi oleh suatu selaput yang disebut cupula. Karena kelembamannya, maka endolymph yang terdapat di dalam canalis semisirkularis akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran. Aliran endolymph akan mendorong cupula melengkungkan cillia-cillia dari sel-sel rambut, dengan demikian maka sel bercillia tersebut terangsang dan merubahnya menjadi impuls sensori yang untuk selanjutnya ditransmisikan ke pusat keseimbangan di otak. Canalis semisirkularis merupakan organ keseimbangan dinamis yaitu memberikan respons terhadap pemutaran tubuh.
Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
Penyakit Meiere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus dan berkurangnya pendengaran secara progresif.
Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar.Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.

1.2 Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda.Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media.Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa
5. Infeksi telinga tengah
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7. Trauma kepala
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10. Infeksi virus golongan herpesviridae
11. Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:
1. Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan.Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2. Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga.Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.
3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
a. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
b. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus
c. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus.Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus.Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.

1.3 Patofisiologi
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan.
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.


1.4 Manifestasi Klinik
Meniere ditandai oleh gejala-gejala sebagai berikut :
1) Gejalanya berupa seangan vertigo, mual dan muntah mendadak, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
2) Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.
3) Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang) tetapi semakin lama semakin memburuk.
4) Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo.
5) Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
6) Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.
7) Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum seangan vertigo.

1.5 Tanda dan gejala penyakit meniere berdasarkan tipenya :
A. Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala:
1) Vertigo hanya bersifat episodic
2) Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit
3) Tak ada gejala koklear
4) Tak ada kehilangan pendengaran objektif
5) Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear
B. Penyakit Meniere klasik
Tanda dan gejala:
1) Mengeluh vertigo
2) Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
3) Tinitus
4) Penyakit Meniere koklea
C. Penyakit Meniere koklea
Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
1) Kehilangan pendengaran berfluktuasi
2) Tekanan atau rasa penuh aural
3) Tinnitus
4) Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
5) Tak ada vertigo
6) Uji labirin vestibuler normal
7) Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler
Tingkat derajat keparahan penyakit Meniere ;
1. Derajat I :Gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara, pasien sama sekali normal.
2. Derajat II :Gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III :Gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulaiberkurang atau menghilang.

1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
2) Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.
3) Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
4) Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
5) CT scan atau MRI kepala
6) Elektroensefalografi
7) Stimulasi kalorik

1.7 Penatalaksanaan
Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan
1. Diet :
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari).Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah.Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef. Makanan yang diperbolehkan adalah :
A. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :
1) Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
2) Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
3) Minyak goreng, margarin tanpa garam
4) Sayuran dan buah-buahan
5) Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
B. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas
C. Minuman seperti the, sirup, sari buah.
Makanan yang perlu dibatasi :
D. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
1) Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
2) Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
3) Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
4) Margarin, mentega.
5) Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
6) Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
7) Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.
E. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
F. Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.
2. Farmakologis :
Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler. Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang.
Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya.Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe.Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
3. Penatalaksanaan Bedah :
Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.
Obat ortotoksik, seperti streptomisisn atau gentamisisn, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.
Prosedur labirinektomi dengan pendekatan transkanal dan transmastoid juga berhasil sekitar 85% dalam menghilangkan vertigo, namun fungsi auditorius telinga dalam juga hancur.Pemotongan nervus vestibularis memberikan jaminan tertinggi sekitar 98% dalam menghilngkan serangan vertigo. Dapat dilakukan translabirin (melali mekanisme pendengaran) atau dengan cara yang dapat mempertahankan pendengaran (suboksipital atau fosa kranialis medial), bergantung pada derajat hilangnya pendengaran. Pemotongan saraf sebenarnya mencegah otak menerima masukan dari kanalis semisirkularis
1.8Komplikasi
1.Neuronitis vestibularis.
2.Labirinitis.
3.Tuli total.
4.Vertigo posisi paroksimal jinak (VJJP).
5.Vertigoservical.






BAB 2
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian
Pemeriksaan fisik bisanya normal kecuali pada evakuasi nervus cranial ke VIII.Garputala (uji weber ) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran ( sisi yang terkena penyakit Meniere ).
Dari anamnesis didapatkan keluhan telinga berdenging dan ada perasaan penuh pada telinga , ada perasaan pusing yang berputar – putar serta mual dan muntah juga gangguan pendengaran.terjadi pembengkakan pada rongga endolimfatikus.

2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pendengaran, vertigo
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
5. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pendengaran, vertigo
Tujuan: Gangguan pola tidur dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak terbangun di malam hari
b. Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
Intervensi :
a) Kaji tingkat kesulitan tidur
Rasional: Membantu menentukan pengobatan atau intervensi selanjutnya
b) Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
Rasional:perlu di jelaskan bahwa gangguan tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
c) Arahkan dengan melakukan relaksasi, contoh: mendengarkan musik
Rasional: Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan perhatian terhadap tinnitus
d) Kolaborasi dalam pemberian obat untuk vertigo :Antihistamin, seperti meklizin, Tranquilizer, seperti diazepam
Rasional : Menekan sistem vestibular, digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo
e) Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur
Rasional: membantu memenuhi kebutuhan istirahan

2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
Tujuan :Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan jatuh
Kriteria hasil :
a. Tidak mengalami jatuh akibat gagguan keseimbangan
b. Ketakutan dan ansietas berkurang
c. Melakukan latihan sesuai ketentuan
d. Mengenali sifat rasa penuh atau rasa tekanan di dalam telinga yang terjadi sebelum serangan
e. Segera melakukan posisi horizontal saat pusing
f. Menjaga kepala tetap diam saat pusing
g. Menggunakan obat yang diresepkan secara baik
h. Melaporkan upaya yang dapat mengurangi vertigo
Intervensi :
a) Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
Rasional : Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
b) Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Rasional : Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
c) Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan
Rasional : Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
d) Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
Rasional :Menghilangkan gejala akut vertigo.
e) Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.
Rasional :Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
f) Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan
Rasional :Gerakkan akan memperberat vertigo.
g) Bantu pasien mencari dan menetukan aura (adanya gejala aural) yang mendahului terjadinya setiap serangan.
Rasional : Pengenalan aura dapat membantu mengetahui saat perlunya memakai obat sebelum terjadi serangan sehingga dapat meminimalkan beratnya efek.
h) Anjurkan pasien tetap membuka matanya dan memandang lurus ke depan ketika berbaring dan mengalami vertigo
Rasional : Perasaan vertigo berkurang dan gerakan mengalami deslerasi bila mata tetap di jaga pada posisi yang tetap

3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan: Kebutuhan cairan tubuh dapat terjaga
Kriteria hasil :
a. Elektrolit tubuh dalam batas normal
b. Mual dan muntah tidak terjadi
c. Sadar dan berorientasi : tanda vital dalam batas normal, turgor kulit noramal, elektrolit normal
d. Membran mukosa lembab
e. Tidak tampak lemas
f. Muntah berhenti dan masukan oral yang biasa telah dicapai
Intervensi :
a) Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin dan diaforesis). Pantau hasil laboratorium
Rasional: Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.
b) Kaji indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.
Rasional: pengenalan segera adanya dehidrasi memungkinkan intervensi segera
c) Dorong konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung kafein(stimulasi vestibular)
d) Rasional : penggantian cairan oral harus di mulai sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.
e) Kolaborasi pemberian obat : Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan), Antidiare
Rasional : Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehilangan cairan dan memperbiki masukan per oral, menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
Tujuan : Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.
Kriteria Hasil :
a. Ketakutan dan ansietas tentang serangan vertigo berkurang atau hilang
b. Mencapai pengetahuan dan keterampilan untuk berkompromi dengan vertigo
c. Merasakan berkurangnya ketegangan, ansietas dan ketidakpastian
d. Klien mampu memanfaatkan teknik manajemen stres bila diperlukan
e. Klien mampu menghindari peristiwa yang menjengkelkan.
f. Klien mampu mengulangi instruksi yang diberikan dan menyebutkan pemahaman mengenai penanganan.
Intervensi :
a) Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
b) Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas
c) Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
Rasional :Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
d) Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.
Rasional : Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
e) Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress
Rasional : situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
f) Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
Rasional : pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.

5. Diagnosa : Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
Tujuan : Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rumah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu.
Kriteria Hasil :
a. Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah atau menggunakan alat rehabilitasi untuk mengurangi risiko jatuh
b. Klien mampu melakukan ambulasi dengan bantuan seperlunya.
c. Telah teridentifikasi risiko visual dan proprioseptif
d. Tingkat aktivitas telah meningkat
e. Lingkungan rumah terbebas dari bahaya.
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan /atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan romberg tandem.
Rasional : Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.
b) Bantu ambulasi bila ada indikasi
Rasional : Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh
c) Lakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif
Rasional : keseimbangan tergantung pada sistem visual, vestibuler dan propriosep
d) Dorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu
Rasional : peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.
e) Bantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah
Rasional : Adaptasi terhadap lingkungan rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.




BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan.Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga.Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.



























Daftar pustaka


Arsyad, Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN, KEPALA dan LEHER edisi keenam. Jakarta :Balai penerbit FKUI
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia
Prasetyo B. Ilmu Penyakit THT. Jakarta: EGC
Robert Priharjo, S.Kp, M. Sc, RN.(2002). Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2.Jakarta : EGC
Putz R dan Pabst R. 1997. sobota. Jakarta : EGC
http://nuzululfkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail35550Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Meniere.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar