Rabu, 20 Agustus 2014

ASKEP BATU EMPEDU

BAB I
TINJAUAN KASUS

1.1 Definisi
Batu empedu berbentuk lingkaran, oval dan facet ditemukan pada saluran empedu.Batu empedu mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan elemen-elemen ini.
1. Batu Empedu (choleliths) adalah badan kristal terbentuk dalam tubuh dengan pertambahan atau concretion komponen empedu yang normal atau abnormal.
2. Batu Empedu (Kolelitiasis/koledokolitiasis) merupakan adanya batu di kandung empedu, ataupada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.

1.2 Etiologi
Batu di dalam kandung empedu.Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
a) Infeksi kandung empedu
b) Usia yang bertambah
c) Obesitas
d) Wanita
e) Kurang makan sayur
f) Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
a) Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi.
b) Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi .
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

1.3 Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala yang mungkin terjadi pada penyakit Batu Empedu yaitu :
1) Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
2) Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3) Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored ”
4) Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
5) Regurgitasi gas: flatus dan sendawa
6) Gejala akut dan gejala kronis yang terjadi pada penyakit Batu Empedu yaitu :
GEJALA AKUT GEJALA KRONIS

TANDA :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus ringan
TANDA:
1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
2. Mual dan muntah
3. Febris (38,5C)
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)



1.4 Fisiologi
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati.Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati.Saluran empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus.Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus.Bagian terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter Oddi.






Gambar 1. Batu dalam kandung empedu
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu yang dihasilkan hati. Empedu yang dihasilkan hati tidak langsung masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan disimpan di kandung empedu. Pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik dalam kandung empedu sehingga cairan empedu dalam kandung empedu akan lebih pekat 10 kali lipat daripada cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu akan mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum.Adanya lemak dalam makanan merupakan rangsangan terkuat untuk menimbulkan kontraksi.Hormone CCK juga memperantarai kontraksi.
Dua penyakit saluran empedu yang paling sering frekuensinya adalah pembentukan batu (kolelitiasis) dan radang kronik penyertanya (kolesistitis).Dua keadaan ini biasa timbul sendiri-sendiri, atau timbul bersamaan.

1.5 Patofisiologi
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
1) Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
2) Statis empedu
3) Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis.Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi.Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.


Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.






















Pathway

Ekskrasi kolesterol bilirubin





























1.6 Manifestasi Klinik
1) 90% batu empedu (kemungkinan) bersifat asimtomatik.
2) Kolik bilier : nyeri kolik yang berat pada perut bagian atas yang menjalar ke sekitar batas iga kanan dengan atau tanpa muntah. Terdapat periodisitas waktu, seringkali muncul pada malam hari yang hilang spontan setelah beberapa jam. Diagnosis banding meliputi infak miokard, eksaserbasi ulkus peptikum, GERD.
3) Kolesistitis kronis : diagnosis yang tidak pasti yang ditunjukkan oleh nyeri abdomen bagian atas yang samar-samar dan hilang timbul, kembung, flatulens, dan intoleransi makanan berlemak. Dapat mengindikasikan adanya episode ringan kolesistitis berulang. Diagnosis banding meliputi PUD (penyakit ulkus peptikum) dan GERD kronis.
4) Kolesistitis obstruktif akut : nyeri hipokondrial kanan yang menetap, pireksia, mual dengan atau tanpa icterus. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dengan tanda murphy positif.
5) Kolangitis : nyeri abdomen, demam tinggi/menggigil, icterus obstruktif (tias charcot), nyeri tekan hebat pada kuadran kanan atas.
6) Icterus obstuktif : nyeri abdomen bagian atas, feses yang pucat/seperti tanah liat, urin berwarna gelap, gatal-gatal. Dapat berlanjut menjadi kolangitis jika CBD tetap tersumbat.
7) Pankreatitis : nyeri pada pusat atau epigastrium, nyeri punggung, demam, takikardia, nyeri tekan epigastrium.

1.7 Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium :
1) Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2) Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3) Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4) Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5) USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik).
6) Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
7) PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8) Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
9) CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
10) Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.
11) Kenaikan serum kolesterol
12) Kenaikan fosfolipid
13) Penurunan ester kolesterol
14) Kenaikan protrombin serum time
15) Penurunan urobilirubin
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penyakit Batu Empedu yaitu :
1. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk.
Manajemen terapi :
1) Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2) Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3) Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
4) Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
5) Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).

2. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
a. Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (misal : monooktanoin atau metil tertier butil eter/MTBE) dengan melalui jalur : melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung kedalam kandung empedu; melalui selang atau drain yang dimasukkan melalui saluran T Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan; melalui endoskop ERCP; atau kateter bilier transnasal.
b. Pengangkatan non bedah Beberapa metode non bedah digunakan untuk mengelurkan batu yang belum terangkat pada saat kolisistektomi atau yang terjepit dalam duktus koledokus. Prosedur pertama sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan lewat saluran T Tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T Tube; jaring digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus. Prosedur kedua adalah penggunaan endoskop ERCP. Setelah endoskop terpasang, alat pemotong dimasukkan lewat endoskop tersebut ke dalam ampula Vater dari duktus koledokus. Alat ini digunakan untuk memotong serabut-serabut mukosa atau papila dari spingter Oddi sehingga mulut spingter tersebut dapat diperlebar; pelebaran ini memungkinkan batu yang terjepit untuk bergerak dengan spontan kedalam duodenum. Alat lain yang dilengkapi dengan jaring atau balon kecil pada ujungnya dapat dimasukkan melalui endoskop untuk mengeluarkan batu empedu. Meskipun komplikasi setelah tindakan ini jarang terjadi, namun kondisi pasien harus diobservasi dengan ketat untuk mengamati kemungkinan terjadinya perdarahan, perforasi dan pankreatitis.
c. ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy) Prosedur noninvasiv ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah batu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen.

3. Penatalaksanaan bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedudilaksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif jika gejala yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisi psien mengharuskannya
Tindakan operatif meliputi :
a) Sfingerotomy endosokopik
b) PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage)
c) Pemasangan “T Tube ” saluran empedu koledoskop
d) Laparatomi kolesistektomi pemasangan T Tube
Penatalaksanaan pra operatif :
a) Pemeriksaan sinar X pada kandung empedu
b) Foto thoraks
c) Ektrokardiogram
d) Pemeriksaan faal hati
e) Vitamin k (diberikan bila kadar protrombin pasien rendah)
f) Terapi komponen darah
g) Penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa scara intravena bersama suplemen hidrolisat protein mungkin diperlikan untuk membentu kesembuhan luka dan mencegah kerusakan hati.






BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat:
Subyektif : kelemahan
Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
Subyektif : Perubahan pada warna urine dan feces
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit, Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas, Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi, Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn), Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :Kegemukan, Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu, Nyeri apigastrium setelah makan, Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.


7. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.

2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis.
2) Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan.
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri.
4) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

2.3 Rencana Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
Tujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasi
Kriteria hasil :
a. Penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi)
b. Laporan nyeri terkontrol
Intervensi :
a. Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri.
Rasional :membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya.
b. Catat respon terhadap obat nyeri.
Rasional :nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi.
c. Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman.
Rasional :posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.
d. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam).
Rasional :meningkatkan istirahat dan koping.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan).
Rasional :mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri
f. Kompres hangat
Rasional :dilatasi dingin empedu spasme menurun
g. Kolaborasi :
Antibiotik, Analgetik, Sedatif, Relaksasi otot halus

2) Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
Kriteria hasil :
a. Turgor kulit yang baik
b. Membran mukosa lembab
c. Pengisian kapiler baik
d. Urine cukup
e. TTV stabil
f. Tidak ada muntah
Rencana intervensi :
a. Pertahankan intakke dan output cairan.
Rasional :mempertahankan volume sirkulasi.
b. Awasi tanda rangsangan muntah.
Rasional :muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida.
c. Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/hr).
Rasional :mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Kolaborasi :
Pemberian antiemetik, Pemberian cairan IV.
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri.
Tujuan : Menunjukkan kestabilan BB
Krieteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntah
Rencana intervensi :
a. Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh.
Rasional :mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari.
b. Timbang BB sesuai indikasi.
Rasional :mengawali keseimbangan diet.
c. Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi.
Rasional :meningkatkan toleransi intake makanan.
d. Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan.
Rasional :menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan.
e. Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat.
Rasional :berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat.
f. Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas. Rasional :pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri.
g. Berikan diit rendah lemak.
Rasional :mencegah mual dan spasme.
h. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak.
Rasional :menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas.
i. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
Rasional :membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen.
j. Kolaborasi :
Nutrisi total, garam empedu.
4) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman klien
Kriteria hasil :
a. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan
Rencana intervensi :
a. Kaji informasi yang pernah didapat.
Rasional :mengkaji tingkat pemahaman klien.
b. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostik. Rasional :memungkinkan terjadinya partisipasi aktif.
c. Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi.
d. Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya.
e. Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak. Rasional :mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu.
f. Diskusikan program penurunan berat badan.
Rasional :kegemukan adalah faktor resiko terjadinya colesistitis.
g. Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping.
Rasional :batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang









BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus (choledocholithiasis).
Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
Etiologi :
a. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguam aliran darah dan limfe, bakteri komensal kamudian berkembang biak.
b. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa
c. Infeksi bakteri : Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim – enzim pankreas.








Daftar Pustaka

Doengoes,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: ECG.
Ganang.W.F.1995.Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
http://www.newsmedical.net/health/GallstonesWhatareGallstones%28Indonesian%29.aspx
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html

3 komentar:

  1. Terimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.

    http://obattraditional.com/obat-tradisional-batu-empedu/

    BalasHapus
  2. Halaman yang sangat luar biasa karena informasi yang disampaikan sangat bermanfaat dan mendidik sehingga sayang untuk di lewatkan.
    Kanker serviks
    Keputihan

    BalasHapus