Jumat, 22 Agustus 2014

fase intra-operatif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien.Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan.Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.

1.2 Rumusan Masalah
Menjelaskan tentang proses keperawatan pada fase intra-operatif

1.3 Tujuan
Untuk mengerti dan memahami proses keperawatan pada fase intra-operatif dan prosedur perioperatif








BAB 2
KONSEP TEORITIS

2.1 Definisi
Fase intraoperatif adalah suatu masa dimana pasien sudah berada di dalam meja pembedahan sampai ke ruang pulih sadar. Asuhan keperawatan intraoperatif merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah dan diarahkan pada peningkatan keefektifaan hasil pembedahan.
Pengkajian yang dilakukan perawat intraoperatif lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar dapat segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko atau actual akan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan. Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang dipriotaskan, koordinasi seluruh anggota tim intraoperatif, dan melibatkan tindakan independen dan dependen.

2.2 Patofisiologi ke masalah keperawatan
Pada fase intraoperatif, pasien akan mengalami berbagai prosedur. Prosedur pemberian anestesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepis, dan prosedur tindakan invasive akan memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul peran perawat intraoperatif adalah berusaha untuk meminimalkan risiko cedera dan risiko infeksi yang merupakan dampak yang akan terjadi dari setiap prosedur bedah.
Pada pelaksanaannya, proses keperawatan intraoperatif membutuhkan persiapan yang baik dan pengetahuan tentang proses yang terjadi selama prosedur pembedahan dilaksanakan. Proses keperawatan intraoperatif terdiri dari proses keperawatan pemberian anestesi umum, proses keperawatan pemberian anestesi regional, proses keperawatan prosedur intrabedah, dan proses keperawatan pengiriman ke ruang pemulihan.


2.3 Peran Perawat Pada Fase Intra Operatif
1) Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur posisi pasien
i. Kesejajaran fungsional
ii. Pemajanan area pembedahan
iii. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
2) Pematauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada pasien
b. Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal
c. Melaporkan perubahan - perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien.
3) Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi
c. Terus mengkaji status emosional pasien
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan kesehatan lain yang sesuai.
4) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia.
2.4 Prinsip-Prinsip Operatif
1) Prinsip kesehatan dan baju operasi
a. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan;
b. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi;
c. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman;
d. Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher termasuk cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril;
e. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan penutup sepatu sekali pakai atau kanvas;
f. Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.
2) Prinsip Asepsis Perioperatif
a. Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi;
b. Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan;
c. Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara periodik.
2.5 Protokol
1) Pra operatif
a. Semua material bedah harus disterilkan
b. Ahli bedah, asisten bedah, dan perawat mempersiapkan diri dengan scrub tangan dan lengan dengan sabun dan air, lengan panjang dan sarung tangan steril
c. Penggunaan topi dan masker
d. Pembersihan kulit pasien dengan agens antiseptik
e. Tubuh pasien ditutup dengan kain steril.
2) Intra operatif
Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai pakaian operasi yang boleh menyentuh benda-benda steril.
3) Pasca operatif
a. Luka dibersihkan dengan normal saline dan antiseptik
b. Luka dilindungi dengan balutan steril
c. Bila terjadi infeksi, kolaboratif untuk pemberian antimikroba spesifik
d. Teknik aseptik yang ketat harus dipatuhi selama pembedahan.
4) Kontrol lingkungan
a. Lantai dan permukaan horisontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan air atau deterjen germisida
b. Peralatan disteril diinspeksi secara teratur untuk memastikan pengoperasian dan performa yang optimal
c. Sebelum dipaket, linen, kain dan larutan yang dgunakan disteril, instrumen yang digunakan dibersihkan dan disterilkan di unit dekat ruang operasi
d. Material-material steril yang dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila diperlukan material individual tambahan
e. Sistem aliran udara laminar yang menyaring bakteri dan debu dengan presentasi tinggi.
2.6 Peraturan Dasar Asepsis Bedah
1) Umum
a. Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat area steril terkontaminasi
b. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap tidak steril atau terkontaminasi
c. Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk pasien ini. Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.

2) Personal
a. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan
b. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril; dari bagian depan pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan (tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang
c. Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas area steril
d. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril
3) Penutup/Draping
a. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang
b. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril
c. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah
d. Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan yang tidak steril di bawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.
4) Pelayanan Peralatan Steril
a. Peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi lainnya
b. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga
c. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril
d. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril.
5) Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan yang tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan (bila permukaan steril menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi).

2.7 Posisi Pasien Di Meja Operasi
Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan dilakukan, juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
1) Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tertidur atau sadar
2) Area operatif harus terpajan secara adekuat
3) Pasokan vaskuler tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah atau tekanan yang tidak tepat pada bagian
4) Pernapasan pasien harus bebas dari gangguan tekanan lengan pada dada atau kontriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun
5) Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu
6) Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi, terutama pada pasien yang kurus, lansia atau obesitas
7) Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-jaga bila pasien melawan.







2.8 Proses Keperawatan Dalam Fase Intra Operatif
2.8.1 Pengkajian
Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai pedoman untuk mengembangkan rencana perawatan pasien individual;
1) Identifikasi pasien
2) Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien
3) Telah catatan pasien terhadap adanya :
a. Informed yang benar dengan tanda tangan pasien
b. Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
c. Hasil pemeriksaan diagnostic
d. Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
e. Checklist pra-operatif
4) Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera
a. Status fisiologi (misalnya : tingkat sehat-sakit, tingkat kesadaran)
b. Status psikososial (misalnya : ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, mekanisme koping)
c. Status fisik (misalnya : tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas persiapan, pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak bergerak).
2.9 Perencanaan
1) Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel tersebut ke dalam rencana asuhan;
a. Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anesthesia, yang direncanakan, ahli bedah, ahli anesthesia, dan anggota tim
b. Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan ahli bedah
c. Kebutuhan medikasi non rutin, komponen darah, instrumen, dll
d. Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan instrumen, peralatan jahit, dan pengadaan balutan.
2) Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan ruang operasi yang dapat secara negatif memperngaruhi pasien;
Fisik
a. Suhu dan kelembaban ruangan
b. Bahaya peralatan listrik
c. Kontaminan potensial (debu, darah, dan tumpahan di lantai atau permukaan lain, rambut tidak tertutup, kesalahan pemakaian baju operasi oleh personel, perhiasan yang dikenakan personel, alas kaki yang kotor)
Psikososial
a. Kebisingan
b. Kurang mengenal sebagai individu
c. Rasa diabaikan tanpa pengantar di ruang tunggu
d. Percakapan yang tidak perlu.

2.10 Intervensi
1) Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien;
a. Atur dan jaga agar peralatan suction berfungsi dengan baik
b. Atur peralatan pemantauan invasif
c. Bantu saat pemasangan jalur (arteri, CVP, IV)
d. Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien
e. Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anesthesia dan pembedahan, pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi
f. Ikuti tahapan dalam prosedur bedah (Lakukan scrub/bersihan dengan terampil, Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan mengantisipasi peralatan dan bahan apa yang dibutuhkan sebelum diminta ikuti prosedur yang telah ditetapkan
g. Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anesthesia, atau perawat yang bertanggung jawab, atau bertindak yang tepat untuk mengontrol atau menangani situasi
h. Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya
i. Bantu ahli bedah dan ahli anestesi untuk menerapkan rencana perawatan mereka.

2) Bertindak sebagai advokat pasien
a. Berikan privasi fisik
b. Jaga kerahasiaan
c. Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
3) Informasikan pasien mengenai pengalaman intraoperatif
a. Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami pasien
b. Gunakan ketrampilan komunikasi yang umum, mendasar untuk menurunkan ansietas pasien sebagai contoh :sentuhan, kontak mata, tenangkan pasien bahwa anda akan hadir di ruang operasi, penenangan verbal yang realistik
4) Koordinasikan aktivitas bagi personel lain yang terlibat dalam perawatan pasien;
a. X-ray, laboratorium, unit perawatan intensif, unit keperawatan bedah
b. Teknisi : gips, petugas laboratorium, dll
c. Farnakolog
d. Personel ruang operasi tambahan dan staf nonprofesional.
5) Operasionalkan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan di ruang operasi dan tugaskan layanan khusus (termasuk autoklaf).
6) Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien.
7) Dokumentasikan semua observasi dan tindakan yang sesuai dalam format yang dibutuhkan, termasuk catatan pasien.
8) Komunikasikan baik verbal dan tertulis, dengan staf ruang pemulihan dan staf keperawatan bedah rawat jalan (yang terkait) mengenai status kesehatan pasien saat pemindahan dari ruang operasi.

2.11 Evaluasi
1) Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi, sebagai contoh :
a. Kondisi respiratori : bernafas dengan mudah (mandiri atau dibantu)
b. Kondisi kulit : warna baik, tidak ada abrasi, luka bakar, memar
c. Fungsi selang invasif : IV, drain, kateter, NGT — tidak ada kekakuan atau obstruksi, berfungsi secara normal, dst
d. letak bantalan grounding : kondisi baik
e. balutan : adekuat untuk drainage, terpasang dengan baik, tidak terlalu ketat, dst
2) Ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak aman dan menanganinya dengan baik.
3) Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh : peralatan, kebersihan.
4) Melaporkan dan mendokumentasikan segala perilaku dan masalah yang merugikan.
5) Menunjukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik keperawatan teknis.
6) Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif.













BAB 3
RESUME

3.1 Kesimpulan
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif.Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi.Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien.Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi. Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten dan keda sama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan adatigakelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being) pasien.Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama pembedahan.


Daftar Pustaka

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif .Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8 Vol 1. EGC. Jakarta.
Muttaqin,Arif.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif.Jakarta:Salemba Medika
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2. EGC. Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta












Tidak ada komentar:

Posting Komentar