Jumat, 22 Agustus 2014

askep IMA

LAPORAN PENDAHULUAN
IMA (INFAK MIOKARD AKUT)

1.1 Tinjauan Teori

1.1.1 Pengertian
1. Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung yang terganggu.
2. Infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (Menurut Suyono, 1999).
3. Infark miokard adalah kematian jaringan miokard yang diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner moikard (Carpenito, 2001).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Infark Miokard Infark (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.Penyebabnya adalah penyempitan atau sumbatan pembuluh darah koroner.

1.1.2 Etiologi
Umumnya IMA didasari oleh adanya aterosklerotik pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan ( 50-60% ) Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan irreversible dalam 3 – 4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi secara transmural atau subendocardial.IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arterikoroner.Sebaliknya pada IMA subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
Faktor resiko menurut Framingham:
1. Hiperkolesterolemia : > 275 mg/dl
2. Merokok sigaret : > 20/hari
3. Kegemukan : > 120 % dari BB ideal
4. Hipertensi : > 160/90 mmHg
5. Gaya hidup monoton


1.1.3 Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30–45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Bila pinggir daerah infark mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
Infark miokardium biasanya menyerang daerah ventrikel kiri. Infark trasmural mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan infark subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium. Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian inferoir, lateral, posterior, dan septum, infark luas yang melibatkan bagian besar ventrikel dinyatakan sesuai dengan lokasi infark yaitu anteroseptal, anterolateral, inferolateral. Infark dinding ventrikel kanan juga ditemukan pada sekitar seperempat kasus infark dinding posterior kiri, pada kondisi ini disebut sebagai infark biventrikuler.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan, mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional kemudian dalam jangka waktu 24 jam akan timbul edema pda sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini, menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi proses degradasi ringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis, kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
Akibat yang terjadi karena infark miokardium adalah daya kontraksi menurun, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel, pengurangan curah sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel serta peningkatan akhir diastolik ventrikel kiri.





Pathway



















1.1.4 Manifestasi Kliniks
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium.Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin.
Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan.Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal.Dapat ditemui bunyi jantung yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop.Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru.Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.

1.1.5 Penatalaksanaan
1) Rawat ICCU, puasa 8 jam
2) Tirah baring, posisi semi fowler.
3) Monitor EKG
4) Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5) Oksigen 2 – 4 lt/menit
6) Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7) Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8) Bowel care : laksadin
9) Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse
10) Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11) Psikoterapi untuk mengurangi cemas




1.1.6 Pemeriksaaan Diagnostik
1) EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung. Akan ditemukan gelombang T inverted, ST depresi, Q patologis.
2) Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3) Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
4) Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
5) Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.
6) Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
7) GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8) Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
9) Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10) Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11) Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal lokasi atau luasnya AMI.
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12) Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).


13) Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14) Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
15) Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
1.1.7 Komplikasi
1) Aritmia
2) Bradikardia sinus
3) Irama nodal
4) Gangguan hantaran atrioventrikular
5) Gangguan hantaran intraventrikel
6) Asistolik
7) Takikardia sinus
8) Kontraksi atrium premature
9) Takikardia supraventrikel
10) Flutter atrium
11) Fibrilasi atrium
12) Takikardia atrium multifocal
13) Kontraksi prematur ventrikel
14) Takikardia ventrikel
15) Takikardia idioventrikel
16) Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17) Renjatan kardiogenik
18) Tromboembolisme
19) Perikarditis
20) Aneurisme ventrikel
21) Regurgitasi mitral akut
22) Ruptur jantung dan septum

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, Riwayat pola hidup menetap, jadwal olahraga tak teratur
Tanda:
- Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
2) Sirkulasi
Gejala:
Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung koroner, masalah Tekanan darah, DM.
Tanda:
a) TD dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri,
b) Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi,
c) Bunyi jantung ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
d) Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
e) Friksi, dicurigai pericarditis
f) Irama jantung dapat teratur atau tak teratur
g) Edema, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
h) Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
3) Integritas ego:
Gejala:
a) Menyangkal gejala penting.
b) Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
c) Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
d) Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
a) Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
b) Gelisah, marah, perilaku menyerang
c) Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4) Eliminasi:
Tanda:
Bunyi usus normal atau menurun
5) Makanan/cairan:
Gejala:
Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, Muntah, Perubahan berat badan
6) Hygiene:
Gejala/tanda:
Kesulitan melakukan perawatan diri.
7) Neurosensori:
Gejala:
Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
Perubahan mental, Kelemahan.
8) Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
a) Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
b) Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
c) Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
d) Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
e) Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
a) Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
b) Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
c) Menarik diri, kehilangan kontak mata
d) Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
9) Pernapasan:
Gejala:
a) Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal
b) Batuk produktif/tidak produktif
c) Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
a) Peningkatan frekuensi pernapasan
b) Pucat/sianosis
c) Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
d) Sputum bersih, merah muda kental
10) Interaksi sosial:
Gejala:
Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga), Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat, Menarik diri dari keluarga
11) Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer, Riwayat penggunaan tembakau.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3) Kecemasan (uraikan tingkatannya) berhubungan denganancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4) Risiko tinggi Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5) Risiko tinggi Perubahan perfusi jaringan berhubungan denganpenurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6) Risiko tinggi Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
7) Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) berhubungan dengankurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.

1.2.3 Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah dapat teratasi dengan
Kriteria hasil : pasien tidak merasa kesakitan
Intervensi :
1) Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik
Rasional :Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat.
2) Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
Rasional :Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
3) Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
Rasional :Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
4) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
a) Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
b) Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
c) Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
d) Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).
Rasional
a) Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
b) Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang buruk).
c) Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
d) Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Tujuan : aktifitas dapat terpenuhi
Kriteria hasil : pasien tidak lemah, aktifitas tidak di bantu.
Intervensi :
1) Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Rasional :Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Rasional :Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi
3) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
Rasional :Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.
4) Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
Rasional :Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik.
5) Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.
Rasional :Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung
6) Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA.
Rasional :Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) berhubungan dengan ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi,ancaman kematian.
Tujuan ; agar pasien tidak cemas akan penyakit yang di deritanya
Kriteria hasil :pasien tidak gelisah
Intervensi :
1) Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
Rasional :Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
2) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
Rasional :Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya.
3) Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Rasional :Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
4) Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).
Rasional ;Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
4. Risiko tinggi Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam masalah dapat teratasi dengan
Kriteria hasil : tidak terjadinya penurunan curah jantung
Intervensi :
1) Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
Rasional :Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK.Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.
2) Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
Rasional :S3 dihubungkan dengan gagal jantung koroner, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
3) Auskultasi bunyi napas.
Rasional :Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
Rasional :Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.


5) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
Rasional :Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia.
6) Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.
Rasional :Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.
7) Bantu pemasangan/pertahankan patensi pacu jantung bila digunakan.
Rasional :Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi.
5. Risiko tinggi Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil, tingkat kesadaran compos mentris
Intervensi :
1) Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah, syok.
Rasional :Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
2) Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer
Rasional :Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi
3) Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi napas).
Rasional :Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan distres pernapasan. Di samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli paru
4) Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi)
Rasional :Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi gastrointestinal.


5) Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis.
Rasional :Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
6) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
Rasional :Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
7) Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan
a) Heparin/ Natrium Warfarin (Couma-din)
b) Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
c) Trombolitik (t-PA, Streptokinase)
Rasional :
a) Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan secara profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat tromboplebitis.
b) Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang. Menurunkan/menetralkan asam lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi gaster khususnya karena adanya penurunan sirkulasi mukosa.
c) Pada infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam 6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
6. Risiko tinggi Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
Tujuan : tidak terjadinya kelebihan volume cairan
Kriteria hasil :perfusi ginjal stabil, natrium/retensi air normal, tekanan hidrostatik stabil, protein plasma stabil.
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels.
Rasional :Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.


2) Pantau adanya DVJ dan edema anasarka
Rasional :Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi)
3) Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari bila tidak kontraindikasi.
Rasional :Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal jantung.
4) Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi kardiovaskuler.
Rasional :Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan adanya dekompensasi jantung.
5) Kolaborasi pemberian diet rendah natrium.
Rasional :Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi.
6) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone)
Rasional :Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan.
7) Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
Rasional :Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga meningkatkan pengeluaran kalium.
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
Tujuan : Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit., mengidentifikasi factor penyebab, Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien.
Rasional :Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
2) Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitas kelompok).
Rasional :Meningkatkan penyerapan materi penyuluhan.
3) Berikan penekanan penjelasan tentang faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang memerlukan perhatian cepat/darurat.
Rasional :Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan klien.
4) Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
Rasional :Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu serangan ulang.
5) Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja sedang)
Rasional :Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal.
1.2.2 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Tidak terjadi nyeri akut yang disebabkan oleh sumbatan arteri koroner.
2) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas
3) Pasien tidak cemas lagi akanperubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4) Tidak terjadinya Penurunan curah jantung;
5) Peningkatan perfusi jaringan
6) volume cairan kembali stabil
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA



Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC
Doenges at al. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI
http://therealvika.blogspot.com/2012/06/askep-infark-miokard-akut-ima.html


1 komentar: