Minggu, 24 Agustus 2014

askep combustio (luka bakar)

BAB I
TINJAUAN TEORI
LUKA BAKAR
1.1 Pengertian
1. Luka bakar terminal adalah agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas. Luka bakar api berhubungan dengan asap atau suhu agen. (Doengoes, 2000:804)
2. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
3. Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2001 : 1911)
4. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat panas, bahan kimia, korosif, listrik atau radiasi dengan rentang keparahan mulai darai luka superficial yang menyangkut kerusakan epidermis sampai luka bakar yang mengenai seluruh ketebalan kulit dimana semua elemen kulit mengalami kehancuran. (Manajemen luka, 2002)
1.2 Etiologi
5. Penyebab luka bakar (Smeltzer, 2001 : 1911)
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
a. Gas.
b. Cairan.
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
1.3 Fisiologis
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Berhubungan dengan selaput lender yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa :
Lapisan kulit :

1. Epidermis
Terdiri dari beberapa lapisan sel :
a. Stratum korneum.
b. Stratum lusidium.
c. Stratum spinosum.
d. Stratum basal
2. Dermis
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a. Bagian atas parspalilaris (Stratum papilaris)
b. Bagian bawah, retikularis (Stratum retikularis)
3. Subkutis
Terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dimana dan diantara gerombolan ini berjalan serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel ini bentuknya bulat dengan intinyaterdesak kepinggir, sehingga ini membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adipasus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).


















1.4 Patofisiologis



































1.5 Klasifikasi
1. Menurut derajat luka bakar
1) Sebagian epidermis hangus ; sebagian lagi masih vital.
2) Hanya elemen epitel, misalnya kelenjar keringat yang masih vital
3) Tidak ada elemen epitel yang vital
4) Jaringan lemak, otot, bahkan tulangpun mungkin hangus
2. Menurut luasnya luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9%/kelipatan dari 9 yang terkenal dengan nama “Rule Of Nine” atau “Rule Of Wallace”.
Dewasa:
Kepala dan leher .....................................9%
Lengan masing-masing 9%...................18%
Badan depan 18%
Badan belakang 18% ............................36%
Tungkai masing-masing 18%................36%
Genetalia dan perineum.......................... 1%
Jumlah : 100%







Anak :
Antara umur 15 tahundan 5 tahun untuk tiap tahun, tiap tungkai berselisih 0,2%, antara umur 5 tahun dan 1 tahun, untuk tungkai berselisih 0,4%
3. Menurut berat ringannya luka bakar
American collage of surgeon membaginya dalam :
1) Parah-critical
(1) Tingkat II 30%/lebih
(2) Tingkat III 10%/lebih
(3) Tingkat III pada tangan, kaki, muka
(4) Dengan adanya komplukasi pernapasan, jantuing, fraktura, soft tissue yang luas.

2) Sedang-moderate
(1) Tingkat II 15%-30%
(2) Tingkat III 5%-10%

3) Ringan-minor
(1) Tingkat II kurang 15%
(2) Tingkat III kurang 1%

1.6 Manifestasi klinis
Gambaran klinik ada 4 tingkatan :
1. Luka bakar derajat I
luka tampak merah muda terang sampai merah edema minimal dan tidak ada lepuh, kulit sering kering dan hangat (melibatkan Epidermis saja)
2. Luka bakar derajat II
Luka tampak merah muda sampai pucat dengan edema sedang dan lepuhan. Luka ini lebih kering dari ketebalan luka bakar sedang (melibatkan Epidermis dan Dermis)
3. Luka bakar derajat III
Luka tampak bervariasi dari putih, merah buah ceri, sampai coklat atau hitam dengan lepuh tak umum luka ini kering, tekstur kulit samak (melibatkan semua lapisan kulit, lemak subkutis, dan dapat melibatkan otot, syaraf dan aliran darah.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi berhubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan
2. SDP : leukositosis dapat terjadi berhubungan dengan selpada sisi luka dan respon inflamasi terdapat cedera
3. GDA : dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi
4. COHBG(karboksi hemoglobin) : peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monooksida/cedera inhalasi
5. Elektrolit serum : kalium dapat meningkat pada awal berhubungan dengan cedera jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokalemia dapat terjadi bila mulai diuresis; magnesium mungkin menurun
6. Natrium urine random : lebih besar dari 20mgE/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan; kurang dari 10mgE/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan

7. Alkalin fosfat : peningkatan berhubungan dengan perpindahan cairan interstisial/gangguan pompa natrium
8. Glukosa serum : peninggian menunjukkan respon stres
9. Albumin serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik berhubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan
10. BUN/Creatinin : peninggian menunjukkan penurunan perfusi /fungsi ginjal; namun kreatinin dapat meningkat karen acedera ringan
11. Urine : warna hitam kemerahan pada urine berhubungan dengan mioglobin
12. Foto rongen dada : dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan cedera inhalasi; namun cedera ini inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif tanpa foto dada
13. Bronkoskopi serap optik : berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat meliputi edema, perdarahan/tukak pada saluran pernafasan
14. Loop aliran volume : memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera inhalasi
15. Skan paru : mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
16. EKG : tanda iskemia miokardial/disretmia dapat terjadi pada luka bakar listrik
17. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
1.8 Penatalaksanaan
1. Perawatan khusus
1) Perawatan pertama
a) Setelah terbakar dinginkan luka dengan air dingin, terbaik temperatur 200C selama15 menit
b) Luka tingkat I hanya dibersihkan dan diberi analgetik
c) Letakkan luka pada tempat yang bersih
2) Perawatan definitif
a) Perawatan tertutup
Setelah bersih ditutup dengan selapis kain steril berlubang-lubang yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotic
b) Perawatan terbuka
Eksudat tang keluar dari luka debris akaan mengering menjadi lapisan Eschar yang bertindak sebagai verband, ini kaku dan relatif kedap bakteri
c) Perawatan semi terbuka
Perawatan ini tidak hanya mengandalkan eschar sebagai verband tetapi diberikan obat-obat lokal yang berbentuk krem yang mudah dibersihkan
3) Obat-obat lokal
a. Ag No3 ½% diberikan dalam pembalut yang selalu basah untuk mengatasi pseudomonas
b. Sulfamylon dalam cream 10% untuk mengatasi pseudomonas
4) Mandi
a. Menggunakan larutan desinfektan savlon 1:30
b. K. Permanganat 1:10.000
5) Skin Grafting
Transplantasi ini penting untuk mempercepat penyembuhan, mengurangi kehilangan cairan dan energy.

6) Antibiotik sistemik
Untuk mengatasi bakter-bakteri gram positif
7) Excisi dini
Ini dilakukan seperti pada skin graft
2. Perawatan umum
1) Mengatasi luka bakar dengan menghentikan proses luka bakar
2) Menciptakan jalan nafas patenresusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan volume plasma
3) Perawatan luka bakar
a. Membersihkan luka
b. Membalut luka















BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
Dapatkan riwayat luka bakar. Tanyakan tentang :
1. Penyebab luka bakar-kimia, termal atau listrik
2. Waktu luka bakar
3. Tempat dimana luka bakar terjadi
4. Adanya masalah medis yang menyertai
5. Apakah ada alergi
6. Tanggal terakhir imunisasi tetanus
7. Obat-obatan yang digunakan bersamaan
8. Lakukan pengkajian luka bakar
a. Luas luka
b. Kedalaman luka
c. Inspeksi bagian luar kulit terhadap luka bakar listrik,pada bagian luar sering lebih berat dari pada bagian dalam luka
9. Kaji terhadap cedera inhalasi
10. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium
11. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang tindakan, masalah, dan perasaan tentang cedera
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat
Tanda
a. Penurunan kekuatan, tahanan
b. Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
c. Gangguan massa otot, perubahan tonus
2. Sirkulasi
Tanda
a. Hipotensi (syok)
b. Penurunan nadi perifer distal pada ektremitas yang cidera.vasokonstrisi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin ( syok listrik)
c. Takikardi (syok /ansietas/nyeri)
d. Disritmia (syok istrik)

e. Pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar)
3. Integritas ego
Gejala
Masalah tentangkeluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan
Tanda
Ansieta, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Tanda
a. Haluaran urine menurun/tyak ada selama masa darurat. Warna mungkin hitam kemerahan bila jerjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam.
b. Diuresis (setealah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi).
c. Penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneum lebih besar dari 20% sebagai stress penurunan motilitas /peristaltik gastrik
5. Makanan/cairan
Tanda
a. Edema jaringan umum
b. Anoreksia, mual/muntah
6. Neurosensori
Gejala
Area kebas. Kesemutan
Tanda
a. Perubahan orientasi, afek, perilaku
b. Penurunan reflek tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas
c. Aktivitas kejang (syok listrik)
d. Laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik)
e. Ruptur membran timpanik (syok listrik)
f. Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala
Nyeri
8. Pernapasan
Gejala
Terkurung ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda
a. Sesak, batuk, mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan dalam menelan sekresi oral, dan sianosis,indikasi cedera inhalasi.
b. Pengembangan torak mungkin terbatas mungkin adanya luka bakar lingkar lengan dada.
c. Jalan nafas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, edema laringeal)
9. Keamanan
Tanda
Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pada volume cairan (kekurangan) berhubungan dengan luka bakar luas.
2. Risiko tinggi terhadap Infeksi berhubungan dengan ketahanan primer menurun.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena distruksi lapisan kulit.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkia.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar melingkari ekstermitas atau luka bakar listrik.
6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan cedera luka bakar.
7. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan atau disfagia.
2.3 Perencanaan tindakan
1. Perubahan pada volume cairan (kekurangan) berhubungan dengan luka bakar luas.
Tujuan :
Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital
Kriteria hasil.
Pasien akan :
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine individu adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa lembab.


Intervensi dan Rasional.
1) Awasi tanda vital, CVP, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
2) Awasi haluaran urine dan berat jenis. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.
Rasional : Secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk menyakinkan rata – rata haluaran urine 30 – 50 ml/jam. Urine dapat tampak merah sampai hitam, pada kerusakan otot masif sampai dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin. Bila terjadi miglobinuria menyolok, minimal haluaran urine harus 73 – 100 ml /jam untuk mencegah kerusakan nekrosis tubulus.
3) Perkiraan drainase luka dan kehilangan yang tak tampak.
Rasional : Peningkatan permiabilitas kapiler perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui evaporasi besar mempenmgaruhi volume sirkulasi dan haluaran urine. Khususnya selama 24 – 72 jam pertama.
4) Pertahankan pencatatan kumulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
Rasional : Penggantian masif atau cepat dengan tipe cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan pemberian memerlukan tabulasi ketat untuk mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan.
5) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Penggantian cairan tergantung pada BB pertama dan perubahan selanjutnya. Peningkatan BB 15% - 20% pada 72 jam pertama selama penggantian cairan dapat diantipasi untuk menggembalikan keberat sebelum terbakar kira – kira 10 hari setelah terbakar.
6) Kolaborasi dalam pemasangan kateter urine tak menetap.
Rasional : Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah statis dan refleks urine, retensi urine dengan produk sel – sel jaringan yang rusak dapat menimbulkan disfungsi dan infeksi ginjal.
7) Pasang /pertahankan ukuran kateter IV.
Rasional : Memungkinkan infus cairan cepat.
8) Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
9) Resusitasi cairan meningkatkan kehilangan cairan/ elektrolit dan membantu mencegah komplikasi contoh ; syok, NTA, penggantian formula bervariasi.
2. Risiko tinggi terhadap Infeksi berhubungan dengan ketahanan primer menurun.
Tujuan :
Tetap bebas dari infeksi
Kriteria Hasil
Tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi
Intervensi dan Rasional
1) Awasi/batasi pengunjung
Rasional : mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
2) Periksa area yang tak terbakar secara rutin
Rasional : infeksi oportunistik seringkali terjadi sehubungan dengan depresi sistem imun dan/atau proliferasi flora normal tubuh selama terapi antibiotik sistemik
3) Periksa luka tiap hari
Rasional : mengidentifikasi adanya penyembuhan dan memberikan deteksi dini infeksi luka bakar
4) Anjurkan latihan gerak aktif setiap 2 jam
Rasional : untuk mencegah pengencangan jarigan parut progresifdan kontraktur.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena distruksi lapisan kulit.
Kriteria hasil.
Pasien akan :
- Menunjukkan regenerasi jaringan.
- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi dan Rasional.
1) Kaji / catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjk tentang sirkulasi pada area graff.
2) Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
Rasional : Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan risiko infeksi atau kegagalan graff.
3) Tinggikan area Graff bila mungkin atau tepat dan pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasi.
Rasional : Menurunkan pembengkakkan atau membatasi risiko pemisahan graff.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkia.
Tujuan
Mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteria Hasil
Frekuensi pernafasan 12-24/menit, warna kulit normal, GDA dalam rentang normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
Intervensi dan Rasional
1) Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan
Rasional : takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis, dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distres pernafasa/edema paru dan kebutuhan intervensi medik
2) Hisapan (bila perlu) pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril
Rasional : membantu mempertahankan jalan nafas bersih, teknik steril menurunkan risiko infeksi
3) Pantau laporan-laporan GDA dan kadar karbondioksida serum
Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli
4) Berikan oksigen pada tingkat yang ditentukan.
Rasional : suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar melingkari ekstermitas atau luka bakar listrik.
Faktor risiko meliputi :
- Penurunan/interupsi aliran darah artrial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
- Hipovolemik
Kriteria Hasil.
Pasien akan :
Mempertahankan nadi perifer teraaba dengan kualiltas/kekuatan sama, pengisian kapiler baik dan warna normal pada area yang cidera.


Intervensi dan Rasional.
1) Kaji warna, sensasi, gerakan nadi perifer, dan pengisian kapiler pada ekstermitas luka bakar melingkar. Bandingkan dengan hasil pada tungkai yang tak sakit.
Rasional : Pembentukan edema dapat secara cepat menekan pembuluh darah, sehingga mempengaruhi sirkulasi dan meningkatkan stasis vena/edema. Perbedaan dengan tungkai yang tak sakit membantu membedakan masalah sistemik dengan lokal.
2) Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan cepat, lepaskan perhiasan/jam tangan, hindari memplester sekitar ekstremitas/jari yang terbakar.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi sistemik atau aliran balik vena dan dapat menurunkan edema/pengaruh gangguan lain yang mempengaruhi konstriksi jaringan edema. Peninggian yang lama dapat mengganggu perfusi arterial bila tekanan darah turun/tekanan jaringan meningkat secara berlebihan.
3) Ukur tekanan darah pada ekstremitas yang mengalami luka bakar, lepaskan manset tekanan darah setelah mendapatkan hasil.
Rasional : Bila pembacaan tekanan darah diambil pada ekstremitas yang cidera, dibiarkan manset pada tempatnya dapat meningkatkan pembentukan edema/penurunan perfusi, dan mengubah luka bakar ketebalan parsial menjadi cidera lebih serius.
4) Dorong latihan rentang gerak aktif pada bagian tubuh yang tak sakit.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi lokal dan sistemik.
5) Awasi elektrolit, khususnya natrium, kalsium, dan kalium. Berikan terapi penggantian sesuai indikasi.
Rasional : Kehilangan atau perpindahan elektrolit ini mempengaruhi potensial/eksitabilitas membran mokosa, sehingga mengubah konduksi miokard, potensial risiko distritmia dan menurunkan curah jantung atau perfusi jaringan.
6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan cedera luka bakar.
Tujuan
Mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil
Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
Intervensi dan Rasional
1) Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodik
Rasional : peninggian digunakan untuk menurunkan pembentukan edema, setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta risiko kontraktur sendi
2) Kaji tingkat nyeri
Rasional : perubahan lokasi, intensitas, karakter nyeri dapat mengidikasikan terjadinya komplikasi
3) Berikan ayunan di atas tempat tidur bila diperlukan.
Rasional : untuk menurunkan nyeri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen tempat tidur terhadap luka dan menurunkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : untuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat.
7. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan atau disfagia.
Kriteria Hasil.
Pasien akan
Menunjukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan oleh berat badan stabil atau masa otot terukur, keseimbangan nitrogen positif dan regenerasi jaringan.
Intervensi dan Rasional.
1) Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif/tak ada bunyi.
Rasional : Ileus sering berhubungan dengan periode paska – luka bakar tetapi biasanya dalam 36 – 48 jam dimana makanan oral dapat dimulai.
2) Pertahankan jumlah kalori ketat. Timbang tiap hari, kaji ulang persen area permukan tubuh terbuka/luka tiap minggu.
Rasional : Pedoman tepat untuk pemasukan kalori tepat. Sesuai penyembuhan luka, persentase area luka bakar di evaluasi untuk menghitung bentuk diet yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
3) Berikan makan dan makanan kecil sedikit dan sering.
Rasional : Membantu mencegah distensi baster/ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.
4) Dorong pasien untuk memandang diet sebagai pengobatan dan untuk membuat pilihan makanan /minuman tinggi kalori protein.
Rasional : Kalori dan protein diperlukan untuk mempertahankan berat badan, kebutuhan metabolik dan meningkatkan penyembuhan.
5) Pastikan makanan yang disukai/takdisukai. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
Rasional : Memberikan pasien atau orang terdekat rasa kontrol, meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.
6) Beriakan kebersihan oral sebalum makan.
Rasional : Mulut atau palatum bersih meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik.
7) Rujuk keahli diet/tim dukungan nutrisi.
Rasional : Berguna dalam membantu kebutuhan nutrisi individu dan mengidentifikasi rute yang tepat.
8) Berikan diet tinggi kalori/protein dengan tambahan vitamin.
Rasional : Kalori ( 3000 – 5000/hari ) protein dan vitamin yang dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.
2.4 Evaluasi
1. Homeostasis tercapai.
2. Nyeri terkontrol/menurun.
3. Komplikasi dicegah/diminimalkan.
4. Menerima situasi secara realitas.
5. Kondisi atau prognosis dan program terapi.














DAFTAR PUSTAKA

Marilyn E. Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzzane, and Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah/ Brunner & Suddarth. Vol. 2. Jakarta: EGC.
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
http://muanizbgtz.blogspot.com/2013/01/askep-luka-bakar-combustio.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar