Selasa, 08 Oktober 2013

pencegahan penyakit menular seksual "sifilis"

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Penyakit sifilis (raja singa) termasuk dalam penyakit menular seksual penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang- kadang sampai 13 minggu kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang – kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu yang akan hilang sendiri tanpa di obati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini akan hilang sendirinya dan seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukan gejala apa-apa atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun sifilis akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental.
1.2 Tujuan
Untuk mengatahui dan memahami pencegahan pada penyakit menular seksual






BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi sifilis







Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin (Soedarto, 1998).
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema palidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan aksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular, otak, dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital (Mansjoer, Arif, et al, 2000: 153).
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa sifilis adalah penyakit infeksi yang dapat digolongkan Penyakit Menular Seksual (PMS), yang disebabkan oleh Treponema palidium, yang bersifat kronis dan bekerja secara sistemik.




2.2 Etiologi
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk ordo Spirochaeta, famili Treponemetoceae yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar (Soedarto, 1990). Sifilis ini juga dapat menular melalui hubungan seksual dengan penderita sifilis. Kontak kulit dengan lesi yang mengandung T. pallidum juga akan menularkan penyakit sifilis.

2.3 Manifestasi Klinis
A. Sifilis primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
B. Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2–10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu–abu putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.

2.4 Pencegahan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain : fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, factor dukungan (support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung peraktek pencegahan penyakit menular seksual.
Pencegahan penyakit menular seksual antara lain :
a. Pencegahan primer, Kegiatan yang dilakukan pada saat seseorang sehat dan bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dengan memelihara kesehatan, Tingkat pencegahan dengan cara melakukan upaya sebelum suatu penyakit terjadi, meliputi :
1. Tidak berganti-ganti pasangan
2. Tidak melakukan hubungan seksual baik vagina, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
3. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual
4. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.
5. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin
6. Segera memeriksakan dari serta melakukan konseling ke dokter atau petugas kesehatan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual, meliputi : rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah, pengeluaran lender pada vagina/ alat kelamin, keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya, keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
b. Pencegahan sekunder, Tingkat pencegahan dengan cara melakukan deteksi dini penyakit pada saat penyakit tersebut belum menampakkan gejala-gejala yang khas, sehingga pengobatan dini masih mampu menghentikan perjalanan penyakit yang lebih lanjut, meliputi :
1. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi
2. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual melalui penyuluhan dari dinas kesehatan.
Meliputi :
a) Bahaya PMS dan komplikais
b) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
c) Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
d) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi.
e) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
f) Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.
3. Adapun pengobatan untuk penyakit sifilis supaya tidak terjadi komplikasi yaitu :
a) Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
b) Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.

c. Pencegahan tersier, Usaha untuk meminimalisasi efek penyakit jangka panjang dengan intervensi yang ditujuan pada pencegahan komplikasi dan perburukan meliputi :
1. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi
2. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.

2.5 Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
a. Benjolan kecil atau tumor
Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
b. Masalah Neurologi
Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti:
1) Stroke
2) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis)
3) Koordinasi otot yang buruk
4) Numbness (mati rasa)
5) Paralysis
6) Deafness or visual problems
7) Personality changes
8) Dementia
c. Masalah kardiovaskular
Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.
d. Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.
e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.
Pada stadium primer komplikasi diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi Treponema mencapai sistem saraf pusat (SSP), sehingga apabila sudah mengenai SSP maka akan mengganggu semua sistem tubuh sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ ginjal akan menyebabkan gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu sistem organ lainnya.


komplikasi perioperatif

BAB I
PENDAHULUAN


Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.




BAB 2
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

2.1 Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperative adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase (praoperasi), intraoperative phase (intra operasi), dan post operative phase (pasca operasi). Masing-masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktifitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping itu, kegiatan perawat perioperative juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan yang lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.
Factor-faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan factor pasien sendiri. Dari ketiga factor tersebut factor pasien merupakan hal yang sangat penting, karena pada factor penyakit tertentu dan factor tindakan pembedahan adalah hal yang sudah berjalan dengan baik dan benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang penting mengerikan yang pernah mereka alami. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperative. Tindakan perawatan perioperative yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.


2.1.1 Tahap-tahap di dalam keperawatan perioperative
2.1.1.1 Fase pra operasi
Fase pra operasi dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operasi dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan.
Bagi perawat anestesi, perawatan pra anesthesia dimulai saat pasien berada di ruang perawatan, atau dapat juga dimulai pada saat pasien diserah-terimakan diruang operasi dan berakhir saat pasien dipindahkan ke meja operasi.
Tujuan perawatan pra operasi :
Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberikan penyuluhan tentang anesthesia.
Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien
Mengetahui akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan
Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin timbul.
Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anesthesia, perawat anesthesia wajib memeriksa kembali data dan persiapan anesthesia, diantaranya :
Memeriksa :
Identitas pasien dan keadaan umum pasien
Kelengkapan status/rekam medic
Surat persetujuan operasi dari pasien/keluarga
Data laboratorium, rontgent, EKG dan lain-lain
Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstick dan lain-lain
Mengganti baju pasien dengan baju operasi
Membantu pasien untuk mengkosongkan kandung kemih
Mencatat timbang terima pasien serta catatan medis lainnya yang menjadi pendukung data saat pasien akan dioperasi.
Perawat anesthesia juga bertugas memberikan pre-medikasi berdasarkan instruksi tertulis dari dokter spesialis anestesiologi atau dakter lain yang berwenang. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
Memeriksa kembali nama pasien sebelum memberikan obat
Mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita
Mengetahui riwayat alergi terhadap obat-obatan
Memeriksa fungsi vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan) sebelum memberikan premedikasi dan sesudahnya.
2.1.1.2 Fase Intra operasi
Fase intra operasi dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalansi bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room) atau istilah lainnya adalah post anesthesia care unit (PACU). Pada fase ini ruang lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan intravena catheter, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh kongkrit peran perawat dalam fase intra operasi adalah memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub ( instrumentator), atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Perawatan selama anestesi dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar
Tujuan :
Mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar pembedahan dapat berjalan lancer dengan baik.
Sebelum dilakukan tindakan anesthesia, perawat anesthesia wajib :
Melakukan pemeriksaan kembali nama pasien, data, diagnose dan rencana operasi.
Mengenalkan pasien kepada dokter spesialis anestesiologi, dokter ahli bedah, dokter asisten dan perawat instrument.
Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan indikasi yang akan dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi.
Memasang alat-alat pemantau (antara lain tensimeter, ECG dan alat lainnya sesuai dengan kebutuhan)
Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan.
Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.
Selama tindakan anestesi perawat anestesi wajib :
Mencatat semua tindakan anesthesia
Berespons dan mendokumentasikan selama perubahan fungsi vital tubuh pasien selama anesthesia/pembedahan. Pemantauan meliputi system pernapasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, pendarahan dan produksi urine dan lain-lain.
Berespons dan melaporkan pada dokter spesialis anestesiologi bila terdapat tanda-tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera.
Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anesthesia.
Mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang dokter.
Menanggulangi keadaan gawat darurat.
Pengakhiran anestesi :
Memantau tanda-tanda vital secara lebih intensif
Menjaga jalan nafas supaya tetap bebas
Menyiapkan alat-alat dan obat-obat untuk pengakhiran anesthesia dan atau ekstubasi.
Melakukan pengakhiran anesthesia dan atau ekstubasi sesuai dengan kewewenangan yang diberikan.

2.1.1.3 Fase pasca operasi
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau ruang perawatan bedah atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawatan meliputi rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini focus pengkajian meliputi efek agen atau obat anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan pasien.
Perawatan pasca anestesi atau pembedahan dimulai sejak pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar sampai diserahterimakan kembali kepada perawat di ruang rawat inap. Jika kondisi pasien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU.
Tujuan :
Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih
Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat pemindahan/pemulangan pasien (sesuai dengan “penilaian aldrette”).
Aktivitas perawat anestesi :
Setelah pengakhiran anesthesia, pasien dikirim ke kamar pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh oleh perawat terlatih.
Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke ruang rawat khusus (misalnya ICU)
Bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diberikan
Pemberian analgesia dan sedative disesuaikan dengan kondisi pasien
Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih sadar dibuat oleh dokter yang bertugas.

Pengkajian yang dilakukan perawat pada periode perioperative diantaranya :
Rumah atau klinik
Melakukan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
Melibatkan keluarga dalam wawancara
Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif
Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif
Unit perawatan bedah
Melengkapi pengkajian pre-operatif
Koordinasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.
Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang mungkin akan terjadi
Membuat rencana asuhan keperawatan
Ruang operasi
Mengkaji tingkat kesadaran klien
Melakukan penilaian ulang lembar observasi pasien atau rekam medis
Mengidentifikasi pasien
Memastikan daerah pembedahan
Perencanaan keperawatan
Menentukan rencana asuhan keperawatan
Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai, misalnya dengan tim operasi
Memberikan dukungan psikologis
Melaksanakan prosedur safety management
Melakukan pemantauan fisiologis
Memberikan dukungan psikologis sebelum induksi (bila pasien sadar)
Penatalaksanaan keperawatan
Melakukan prosedur keselamatan bagi klien
Mempertahankan lingkungan aseptic dan terkontrol
Mengelola sumber daya manusia secara efektif
Melakukan komunikasi dan informasi intraoperative,
Melaporkan tingkat kesadaran praoperatif klien
Mengkomunikasikan tentang peralatan yang diperlukan.
2.2 Indikasi pembedahan
Tindakan pembedahan (operasi) dilakukan berdasarkan atau sesuai dengan indikasi. Beberapa indikasi yang dapat dilakukan pembedahan diantaranya adalah indikasi :
Diagnostic, misalnya biopsy atau laparotomy eksplorasi
Kuratif, misalnya eksisi tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi
Reparative, misalnya memperbaiki luka multiple
Rekonstruktif atau kosmetik, misalnya mammoplasty, atau bedah plastic
Paliatif, misalnya menghilankan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti pemasangan selang gastrostomy yang dipasang untuk mengkompensasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.
2.3 Klasifikasi pembedahan
Klasifikasi pembedahan didasarkan berbagai pertimbangan, diantaranya adalah :
Berdasarkan urgensinya, maka tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) tingkatan, yatiu :
Darurat (Emergency)
Pembedahan dilakukan oleh karena pasien membutuhkan perhatian segera, karena gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tidak bisa ditunda. Contohnya adalah pembedahan dilakukan pada pendarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, dan luka bakar sangat luas.
Urgen
Pembedahan dilakukan karena pasien membutuhkan perhatian segera, akan tetapi pembedahan dapat dilakukan atau ditunda dalam waktu 24-30 jam. Contohnya adalah pembedahan pada infeksi kandung kemih akut, hyperplasia prostat dengan obstruksi, batu ginjal atau batu pada uretra.
Diperlukan
Pembedahan yang dilakukan dimana pasien harus menjalani pembedahan untuk mengatasi masalahnya, akan tetapi pembedahan dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contohnya adalah hyperplasia prostat (BPH) tanpa obstruksi kandung kemih, gangguan tiroid, dan penyakit katarak.
Elektif
Pasien harus menjalani pembedahan ketika diperlukan, dan bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contohnya adalah perbaikan skar, hernia sederhana, atau perbaikan vaginal.
Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contohnya adalah bedah plastic atau kosmetik.
Berdasarkan factor resikonya dibagi menjadi :
Pembedahan minor
Pembedahan minor adalah pembedahan yang dapat menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim, misalnya insisi dan drainase kandung kemih, dan sirkumsisi.
Pembedahan mayor
Pembedahan mayor adalah pembedahan yang dapat menimbulkan trauma fisik yang luas, dan resiko kematiannya sangat serius, misalnya total abdominal histerektomi, reseksi kolon, dan lain-lain.
Berdasarkan kebersihannya dibedakan menjadi :
Pembedahan bersih, adalah pembedahan yang dilakukan dimana kontaminasi endogen minimal dan luka operasi tidak terinfeksi. Misalnya herniorafi. Karakteristiknya adalah non traumatic, tidak terinfeksi, tidak ada inflamasi, tidak melanggar teknik aseptic, penurup secara primer, tidak ada drain (beberapa institusi membolehkan penggunaan penghisapan luka tertutup untuk operasi bersih).
Pembedahan bersih terkontaminasi, adalah pembedahan yang dilakukan terjadi kontaminasi bakteri yang dapat terjadi dari sumber endogen. Misalnya operasi appendiktomi. Karakteristik : melanggar teknik aseptic, dan luka dapat berair.
Pembedahan terkontaminasi, adalah pembedahan yang dilakukan dimana telah terjadi kontaminasi oleh bakteri. Misalnya perbaikan trauma baru terbuka. Misalnya terjadi percikan dari traktus gastrointestinal (GI); urin atau empedu terinfeksi. Karakteristik : luka terbuka traumatic yang baru ; infalamsi nonpururen akut dan melanggar teknik aseptic.
Pembedahan kotor, adalah pembedahan yang dilakukan pada jaringan yang terinfeksi, jaringan mati, adanya kontaminasi mikroba. Misalnya drainase abses. Karakteristik : luka traumatic lama (lebih dari 12 jam); luka terinfeksi, organ visceral yang mungkin mengalami perforasi.
2.4 Komplikasi Intra operasi
Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu selama tindakan pembedahan. Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi dan hipertemi malignan.
Hipotensi
Hipotensi yang terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu (hipotensi di induksi). Hipotensi ini memang diinginkan untuk menurunkan tekanan darah pasien dengan tujuan untuk menurunkan jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi, sehingga memungkinkan operasi lebih cepat dilakukan dengan jumlah perdarahan yang sedikit. Hipotensi yang disengaja ini biasanya dilakukan melalui inhalasi atau suntikan medikasi yang mempengaruhi system saraf simpatis dan otot polos perifer. Agen anastetik inhalasi yang bisa digunakan adalah halotan.
Oleh karena adanya hipotensi diindukasi ini, maka perlu kewaspadaan perawat untuk selalu memantau kondisi fisiologis pasien, terutama fungsi kardioveskulernya agar hipotensi yang tidak diinginkan tidak muncul, dan bila muncul hipotensi yang sifatnya malhipotensi bisa segera ditangani dengan penanganan yang adekuat.
Hipotermi
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 ℃ (N : 36,6 – 37,5 ℃). Hipotermi yang tidak diinginkan mungkin saja dialami pasien sebagai akibat suhu rendah dikamar operasi (25 – 26,6℃), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang digunakan (vasodilator, anastetik umum, dan lain-lain).
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari hipotermi yang tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan kamar operasi pada suhu ideal (25 – 26,6 ℃) jangan lebih rendah dari suhu tersebut, cairan intravena dan irigasi dibuat pada suhu 37℃, gaun operasi pasien dan selimut yang basah harus segera diganti dengan gaun dan selimut yang kering. Penggunakan topi operasi juga dapat dilakukan untuk mencagah terjadinya hipotermi. Penatalaksanaan pencegahan hipotensi ini dilakukan tidak hanya pada saat periode intra operasi saja, namun juga sampai saat pasca operasi.
Hipertermi Malignan
Hipertemi malignan sering kali terjadi pada pasien yang dioperasi. Angka mortalitasnya sangat tinggi yaitu lebih dari 50%. Sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat. Hipertermi malignan terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anastetik. Selama anastesi, agen anestesi inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot ( suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertermi malignan.
Ketika diinduksi agen anastetik, kalsium di dalam kantong sarkoplasma akan dilepaskan ke membran luar yang akan menyebabkan terjadinya kontraksi. Secara normal, tubuh akan melakukan mekanisme pemompaan untuk mengembalikan kalsium ke dalam kantong sarkoplasma. Sehingga otot-otot akan kembali relaksasi. Namun pada orang dengan hipertermi malignan, mekanisme ini tidak terjadi sehingga otot akan terus berkontraksi dan tubuh akan mengalami hipermetabolisme. Akibatnya akan terjadi hipertermi malignan dan kerusakan system saraf pusat.
Untuk menghindari mortalitas, maka segera diberikan oksigen 100%, natrium dantrole, natrium bikaebonat dan agen relaksasi otot. Lakukan juga monitoring terhadap kondisi pasien meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan analisa gas darah.
2.5 Komplikasi pasca operasi
Syok
Syok yang terjadi pada pasien pasca operasi biasanya berupa syok hipovolemik, sedangkan syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah pucat, kulit dingin dan basah, pernafasan cepat, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, dan lemah, penurunan tekanan darah dan urine menjadi pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, penggantian cairan intravena dan oksigenasi. Terapi obat yang diberikan meliputi obat-obatan kardiotonik (natrium sitroprusid), diuretic, vasodilator dan steroid. Cairan yang digunakan adalah sairan kristaloid seperti ringer laktat dan koloid (seperti komponen darah, albumin, plasma). Untuk mengetahui adanya gangguan pada sistem respirasi dilakukan dengan pemberian oksigen (kanul nasal atau intubasi) dan memantau gas darah arteri.
Intervensi mandiri keperawatan meliputi :
Dukungan psikologi,
Pembatasan penggunaan energy
Pemantauan reaksi pasien terhadap pengobatan
Peningkatan periode istirahat
Pencegahan hipotermi dengan menjaga tubuh pasien agar tetap hangat karena hipotermi mengurangi oksigenasi jaringan.
Melakukan perubahan posisi pasien tiap 2 jam dan mendorong pasien untuk melakukan nafas dalam untuk meningkatkan fungsi optimal paru.
Pencegahan komplikasi dengan memonitor pasien secara ketat 24 jam, terkait adanya edema perifer dan edema pulmonal.
Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkal kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijaga tetap lurus. Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka pasca operasi harus selalu diinspeksi terhadap adanya perdarahan. Jika perdarahan terjadi, maka lakukan penekanan dengan kassa steril dan balutan yang kuat dan pada lokasi perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi pasien.
Thrombosis vena profunda
Thrombosis vena profunda adalah thrombosis yang terjadi pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonal dan sindrom pasca flebitis.
Retensi urin
Retensi urin paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rectum, anus, dan vagina, juga setelah herniorafi dan pembedahan pada daerah abdomen bawah. Penyebabnya adalah adanya spasme spinker kandungan kermih.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka pasca operasi seperti dehisiensi dan sebagainya dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan diruang perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotic sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
Embolisme pulmonal
Embolisme pulmonal dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk – tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah ambulasi dini pasca operasi dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
















DAFTAR PUSTAKA

Effendy dan Hastuti. 2005. Kiat sukses menghadapi operasi. Yogyakatra: Sahabat Setia
Judha Mohamad,dkk. 2011. Keperawatan Perioperatif. Yogyakatra: Gosyen Publishing
Muttaqin, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, dan Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth. Jakarta : EGC

makalah pijat bayi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Banyak penelitian menunjukan bahwa pemijatan pada bayi memberikan manfaat sangat besar pada perkembangan bayi, baik secara fisik maupun secara emosional. Pijat bayi akan merangsang peningkatkan aktifitas nervus vagus yang akan menyebabkan penyerapan lebih baik pada system pencernaan sehingga bayi akan lebih cepat lapar dan ASI akan lebih baik diproduksi.
Pengaruh positif sentuhan pada proses tunbuh kembang anak telah lama dikenal manusia. Namun, penelitian ilmiah tentang hal ini masih belum banyak dilakukan. Kulit merupakan organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai reseptor terluas yang dimiliki manusia. Sensasi sentuh/raba adalah indera yang aktif berfungsi sejak dini.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana teknik yang benar dalam memijat bayi









BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
2.1 Definisi Pijat Bayi
Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam lainnya. Bahkan diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan di dunia, mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia (Lee, 2009).
Pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan pada bayi dengan terapi sentuh dengan teknik-teknik tertentu sehingga manfaat pengobatan dan kesehatan tercapai.

2.2 Mekanisme Dasar Pijat Bayi
Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui. Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabanya.
Diajurkan beberapa mekanisme untuk menerangkan mekanisme dasar pijar bayi, antara lain sebagai berikut : beta endorphin mempengaruhi mekanisme pertumbuhan, penelitian mengungkapkan bahwa pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan akan mengubah gelombang otak.

2.3 Manfaat Pijat Bayi
Secara ilmiah tentang apa yang telah lama dikenal manusia, yaitu terapi sentuhan dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat.
Terapi sentuhan, terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat diukir secara ilmiah. Manfaatnya antara lain sebagai berikut :
1) Efek biokimia dan fisik yang positif
Efek biokimia dari pijat, antara lain menurunkan kadar hormone stress (catecholamine) dan meningkatkan kadar serotonin.
Selain efek biokimia. Pijatan memberikan efek fisik/kliniks yaitu antara lain meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari system immunitas (sel pembunuh alami), mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan. Merangsang kesiagaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya (bonding), meningkatkan volume air susu.
2) Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh prof. T. Field dan scafidi (1986 dan 1990) menunjukan bahwa pada 20 bayi premature (berat badan 1280 dan 1176 gram), yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan per hari 20% - 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan, yang dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu juga didapatkan kenaikan berat badan 50% yang lebih dari control.
3) Meningkatkan pertumbuhan
Scenberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan bahwa tanpa dilakukan rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi penurunan hormone pertumbuhan.
4) Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh.
Di Touch Research Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal matematika. Setelah itu dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya. Selanjutnya, pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematikan lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahanya hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat (Roesli, 2008).
5) Membina ikatan kasih saying orang tua dan anak (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih di antara keduanya. Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua adalah dasar perkembangan komunikasi yang akan memupuk cinta kasih secara timbal balik. Semua ini akan menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik dan percaya diri (Kusumawati, 2009).
6) Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cyntia Mersmann (2000), ibu yang memijat bayinya mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan kelompok control. Pada saat menyusuhi bayinya, mereka merasa kewalahan karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang tidak disusukan. Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar. Makin banyak ASI disedot oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini karena dalam proses produksi ASI berlaku hukuk supply and demand. Artinya, maka banyak ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI diproduksi, begitu pula sebaiknya.
Jadi, pijat bayi dapat meningkatkan volume ASI perah sehingga periode waktu pemberian ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh ibu-ibu karier (pekerja).
7) Sentuhan Ibu akan membuat bayi merasa nyaman
Sentuhan dan pijit pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman bagi bayi.
8) Sentuhan akan merangsang peredaran darah dan menambah energy sebenarnya, pijat berguna tidak hanya untuk bayi sehat tetapi juga bagi bayi sakit. Bahkan bagi anak sampai dewasa sekalipun. Walaupun masih perlu penelitian lanjutan untuk memastikan hasil-hasil penelitian terhadap terapi sentuh/pijatan, penemuan-penemuan yang telah dihasilkan sudah cukup menjadi alasan untuk dilakukanya pijat bayi secara rutin guna mempertahankan kesehatan bayi. Apalagi pijat bayi ini terbukti murah, mudah, dan telah biasa dilakukan di Indonesia sehingga bukan hal yang baru bagi kultur Indonesia (Roesli, 2008).
2.4 Pelaksanaan pemijatan bayi
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai keinginan orang tua. Jika pemijatan dilakukan setiap hari sejak kelahiran sampai bayi berusia 6-7 bulan (Roesli, 2008). Pemijatan dapat dilakukan pada pagi hari (pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru) dan malam hari (sebelum tidur, ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak). (Febriani, 2009).
Sebalum melakukan peminjatan perhatikanlah hal-hal berikut, antara lain : tangan harus bersih dan hangat, hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi, ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap, bayi tidak selesai makan atau sedang tidak lapar, secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan, duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan kain yang lembut, rata, dan bersih, siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil/ lotion), serta mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara (Wicak, 2008)
Sedangkan selama melakukan pemijatan, diajurkan untuk selalu melakukan hal-hal berikut ini : memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan berlangsung; bernyayi atau putarkan lagu-lagu yang tenang/lembut, guna membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung; awal pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan kemudian secara bertahap tambahkan tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya apabila sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan; sebelum melakukan pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion yang lembut sesering mungkin; sebaiknya, pemijatan dimulai dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Dengan demikian, akan memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain dari badannya disentuh. Karenanya urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung; tanggaplan pada isyarat yang diberikan oleh bayi. Jika bayi menangis, cobalah untuk menenangkan sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sedah mangantuk dan sangat ingin tidur; mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah terlumuri minyak bayi (baby oil).
Namun, kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak bayi; lakukan konsultasi pada dokter atau perawat untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang pemijatan bayi, dan hindarkan mata bayi dari baby oil/lotion (Roesli, 2008).
Dalam pemijatan pada bayi tidak dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut ini : memijat bayi langsung setelah selesai minum seharusnya diberi jarak kira-kira 2 jam setelah selesai minum; saat bayi dalam keadaan tidak sehat; memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat (biasanya dengan tanda bayi rewel, menangis, dan memberontak); dan memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi (Zahter, 2008).





2.5 Urutan Teknik Pijat Bayi
1) Kaki
a. Perahan cara India
Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang pemukul soft ball, selanjutnya gerakan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah susu.
b. Telapak Kaki
Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jari-jari di seluruh telapak kaki.
c. Tarikan lembut jari
Pijatlah jari-jarinya satu per satu dengan gerakan memutar menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan yang lembut pada tiap ujung jari.
d. Titik tekan
Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari.
e. Punggung kaki
Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah punggung kaki dari pergelangan kaki kea rah jari-jari secara bergantian.
f. Gerakan menggulung
Pegang pangkal paha dengan kedua tangan anda, selanjutnya buatlah gerakan menggulung dari pangkal paha menuju pangkal kaki.



g. Gerakan akhir
Setelah gerakan a sampai f dilakukan pada kaki kanan dan kiri, rapatkan kedua kaki bayi. Letakkan kedua tangan anda secara bersamaan pada pantat dan pangkal paha. Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha kea rah pergelangan kaki.
2) Perut
a. Mengayuh sepeda
Lakukan gerakan memijat pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas ke bawah perut, bergantian dengan tangan kekanan dan kiri.
b. Matahari
Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah membentuk gambar matahari) beberapa kali.
c. Gerakan I love you
“I” pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan membentuk huruf “I”. “Love” pijatlah perut bayi membentuk huruf “L” terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah. “You” pijatlah perut bayi membentuk huruf “U” terbalik, mulai dari kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas, kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut kiri bawah.




d. Gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers)
Letakan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan, selanjutnya gerakkan jari-jari anda pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian kiri guna mengeluarkan gelembung-gelembung udara.
3) Dada
a. Jantung besar
Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari kedua telapak tangan anda di tengah dada bayi/ulu hati, selanjutnya buat gerakan ke atas sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas tulang selangka, lalu ke bawah membentuk bentuk jantung, dan kemudian ke ulu hati.
b. Kupu-kupu
Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu, dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijat menyilang dari tengah dada / ulu hati kea rah bahu kanan, dan kembali ke ulu hati, selanjutnya gerakan tangan kiri anda ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati.
4) Tangan
a. Perahan cara India
Arah pijatan cara india ialah pijatan yang menjahui tubuh. guna pemijatan ini adalah untuk relaksasi atau melemaskan otot, caranya adalah peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan tangan bayi, selanjutnya, gerakkan tangan kanan mulai dari bagian pundak kearah pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kanan kiri dari pergelangan tangan kea rah pundak, demikian seterusnya, gerakkan tangan kanan dan kekiri ke bawah secara bergantian dan berulang-ulang seolah memerah susu sapi.
b. Membuka tangan
Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan kearah jari-jari.
c. Putar jari-jari
Pijat lembut jari bayi satu per satu menuju kearah ujung jari dengan gerakan memutar, akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari.
d. Punggung tangan
Letakkan tangan bayi di antara kedua tangan anda, selanjutnya usap punggung tangannya dari pergelangan tangan kearah jari-jari dengan lembut.
e. Perahan cara Swedia
Arah pijatan cara Swedia adalah dari pergelangan tangan kearah badan. Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan paru-paru. Caranya adalah dengan gerakan tangan kanan dan kiri anda secara bergantian mulai dari pergelangan tangan kanan bayi kearah pundak lalu lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi kearah pundak.




f. Gerakan menggulung
Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua telapak tangan, selanjutnya bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju kearah pergelangan tangan/jari-jari.
5) Muka
a. Dahi : Menyetrika dahi
Letakan jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi, tekankan jari-jari anda dengan lembut mulai dari tengah dahi luar ke samping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau membuka lembaran buku, selanjutnya gerakkan ke bawah dan ke arah pelipis, kemudian gerakkan ke dalam melalui daerah pipi di bawah.
b. Alis : menyetrika alis
Letakkan kedua ibu jari anda diantara kedua alis mata, selanjutnya gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan di atas kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyetrika alis.
c. Hidung : senyum I
Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis, selanjutnya tekankan ibu jari anda dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung kearah pipi dengan membuat gerakan ke samping dan keatas seolah membuat bayi tersenyum.
d. Mulut bagian atas : senyum II
Letakkan kedua ibu jari anda di atas mulut di bawah sekat hidung, selanjutnya gerakkan kedua ibu jari anda dari tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.

e. Mulut bagian bawah : senyum III
Letakkan kedua ibu jari anda di tengah sagu, selanjutnya tekankan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas dan ke arah pipi dan seolah membuat bayi tersenyum.
f. Belakang telinga
Dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri, selanjutnya gerakkan kearah pertengahan dagu di bawah dagu.
6) Punggung
a. Gerakan maju mundur
Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepala di sebelah kiri dan kaki di sebelah kanan anda, selanjutnya pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai ke pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.
b. Gerakan menyerika
Pegang pantat bayi dengan tangan kanan, selanjutnya dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah sampai bertemu dengan tengan kanan yang menahan pantat bayi seolah menyetrika punggung.
c. Gerakan melingkar
Dengan jari – jari kedua tangan anda, buatlah gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai ke pantat, selanjutnya mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher, kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah pantat.
2.6 Manfaat lain dari pijat bayi bagi kasus tertentu
Pada beberapa keadaan tertentu, pijat bayi dapat memberikan keunrungan tambahan seperti dalam kasus- kasus sebagai berikut :
1) Orang tua yang masih remaja
Orang tua yang masih remaja, umumnya tidak atau belum siap untuk menjadi orang tua karena mereka sendiri belum cukup dewasa. Pada kasus seperti ini pijat bayi akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, meningkatkan rasa penerimaan atas keadaan menjadi orang tua, dan meningkatkan harga diri mereka sebagai orang tua.
2) Orang tua yang rasa ketertarikan pada bayinya kurang
Hal ini biasanya terjadi pada kasus-kasus seperti kehamilan dan kelahiran anak yang tidak di kehendaki atau tidak direncanakan, kompliksi kehamilan dan/ atau kelahiran, dan pemisahan ibu dan bayi untuk waktu tertentu karena kesehatan fisik/mental ibu, atau kesehatan bayi. Pada keadaan tersebut, pijat bayi dapat mendekatkan hubungan orang tua dengan bayinya.
3) Orang tua angkat
Oleh karena tidak pernah mengandung bayi yang diangkat, orang tua angkat tidak merasakan kedekatan dengan bayinya sebelum bayi ini dilahirkan. Pijat bayi akan membantu menciptakan ikatan yang lebih kuat antara orang tua angkat dengan bayinya. Mereka akan lebih cepat mengenal dan merasakan bahwa mereka saling terikat delam satu keluarga.
4) Post operasi seksio caesarea
Bayi yang dilahurkan melalui bedah ceasar tidak akan menerima rangsangan taktil seperti bayi yang dilahirkan normal. Disamping itu, umumnya bayi ini akan kurang siaga (alert) karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada ibu. Untuk beberapa waktu mungkin ibu dan bayi tidak akan bersama-sama. Ibu akan merasa kesakitan dan tidak nyaman, sedangkan ayah mungkin akan mempunyai perasaan bersalah atau sedih karena istrinya harus operasi. Pijat bayi akan lebih cepat menyatukan orang tua dan bayinya, serta akan menolong mereka melepaskan perasaan-perasaan negative tersebut.
5) Sakit perut (colic)
Colic atau sakit perut pada bayi ditunjukkan oleh bayi secara khas, yaitu dengan ‘tangis sakit’ yang melengking. Secara teori penyebab kolik (colic) yang menonjol antara lain susunan saraf autonomy yang tidak seimbang. Adanya gangguan pada pertumbuhan mekanisme control tidur/bangun, atau gangguan interaksi antara orang tua dan bayi. Kolik juga sering dihubungkan dengan adanya gangguan pada saluran pencernaan dan kesukaran makan.
Untuk mengurangi kolik ini, para orang tua dianjurkan untuk memijat bayinya pada waktu kolik berlangsung pada waktu menjelang tidur.
6) Asma
Asma sangat erat hubunganya dengan rangsangan fisik dari luar, seperti adanya serabut atau debu, tetapi juga dapat berhubungan dengan factor psikologis seperti adanya kegelisahan. Pijat telah menunjukkan kebersihan untuk melebarkan saluran nafas/udara yang menyempit.
Pijat adalah terapi umum untuk relaksasi. Peneliti dewasa ini meneliti akibat dari pijat bayi dan pijat pada remaja. Hasil peneliti menunjukan bahwa dengan pijat terjadi penurunan rasa gelisah dan depresi, disamping kurangnya serangan asma dan gangguan saluran nafas.
7) Bayi dari ibu HIV positif
Peneliti saat ini sedang mempelajari apakah terapi pijat dapat mempengaruhi peningkatan fungsi kekebalan tubuh pada bayi-bayi dari ibu dengan HIV positif dan apakah terapi pijat yang diberikan oleh orang tua dapat meningkatkan perkembangan mental, motoric, dan perkembangan social bayinya. Penelitian menyimpulkan bahwa pemijatan pada bayi dengan HIV-positif menghasilkan kenaikan berat badan, perkembangan motoric yang lebih baik.
8) Bayi kurang bulan (premature infant)
Bayi premature mengalami kehangatan dan kenyamanan dalam kandungan ibu dalam waktu yang singkat. Selain itu, mereka akan lebih sering disuntik dan mengalami pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium yang menyakitkan. Dengan demikian, mereka harus belajar sejak awal perabaan dapat pula merupakan sesuatu yang menyenangkan serta penuh kasih sayang yang sejuk sajak dari hari pertama (Roesli, 2008).