Jumat, 22 Agustus 2014

askep bronkopneumonia

LAPORAN PENDULUAN
BRONKOPNEUMONIA


1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
1. Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah. 2005 : 57)
2. Bronkopneumonia adalah suatu radang parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnoe, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering danproduktif.(A.Aziz.Alimul Hidayat,2008 : 80)
3. Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya. (Smeltzer, Suzanne & Brenda G.Bare.2002: 572).
4. Bronkopneumonia adalah inflamasi paru dengan proses konsolidasi dan eksudasi, akibat aspirasi bahan yang terinfeksi ke dalam paru-paru yang dimulai disekitar bronkus dan bronkiolus. (Barbara F. Weller. 2005: 535)
5. Bronkopneumonia adalah terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak, konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya. (Donna. L.Wong.2000: 460)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang pada paru yang disebabkan bermacam-macam penyebab seperti virus, bakteri, jamur dan benda asing yang ditandai dengan adanya bentuk bercak pada paru.
1.1.2 ETIOLOGI
Secaraumunindividu yang terserangbronkopneumoniadiakibatkanolehadanyapenurunanmekanismepertahanantubuhterhadapvirulensiorganismepatogen. Orang yang normal dansehatmempunyaimekanismepertahanantubuhterhadap organ pernafasan yang terdiriatas : reflekglotisdanbatuk, adanyalapisanmukus, gerakansilia yang menggerakkankumankeluardari organ, dansekresihumoralsetempat.
1. FaktorInfeksi
1) Padaneonatus :Streptocccusgrup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
2) Padabayi :
Virus ; Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organismeatipikal ;Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri ;Streptokokuspneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacteriumtuberculosa, Bordetellapertusis.
3) Padaanak-anak :
Virus ;Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organismeatipikal ;Mycoplasma pneumonia
Bakteri ;Pneumococcus, Mycobakteriumtuberculosa.
4) Padaanakbesar – dewasamuda :
Organismeatipikal ;Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri ; Pneumococcus, BordetellaPertusis, M. tuberculosis.
2. Faktor Non Infeksi
Terjadiakibatdisfungsimenelanataurefluks esophagus meliputi :
1) Bronkopneumoniahidrokarbondapatterjadiolehkarenaaspirasiselamapenelananmuntahataupemasanganselang NGT ( zathidrokarbonsepertipelitur, minyaktanahdanbensin).
2) Bronkopneumonia lipoid dapatterjadiakibatpemasukanobat yang mengandungminyaksecara intranasal, termasukjeli petroleum. Setiapkeadaan yang mengganggumekanismemenelansepertipalatoskizis, pemberianmakanandenganposisi horizontal, ataupemaksaanpemberianmakanansepertiminyakikanpadaanak yang sedangmenangis. Keparahanpenyakittergantungpadajenisminyak yang terinhalasi. Jenisminyakbinatang yang mengandungasamlemaktinggibersifat paling merusakcontohnyasepertisusudanminyakikan.



1.1.3 PATOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami mal absorbs dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.













1.1.4 ManifestasiKliniks
Penderita bronkopneumoni menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Suhu badan meningkat sampai 39 – 40ÂșC
2. Sesak nafas
3. Dispneu
4. Taki kardi
5. Pernafasan cepat dan dangkal
6. Pernafasan cuping hidung
7. Redup pada perkusi
8. Ronki basah halus nyaring/ronki sedang
9. Batuk dan kering sampai produktif
10. Muntah dan diare
11. Sianosis disekitar mulut dan hidung
12. Sakit kepala, malaise dan mylgia
13. Gelisah

1.1.5 Penatalaksanaan
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
1. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
2. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae. Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Atau kombinasi : Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized. 3. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau
- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
5. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
- kemajuan klinis penderita
- jenis kuman penyebab
Indikasi rawat inap :
1. Ada kesukaran napas, toksis.
2. Sianosis
3. Umur kurang dari 6 bulan
4. Adanya penyulit seperti empiema
5. Diduga infeksi Stafilokokus
6. Perawatan di rumah kurang baik.

Pengobatan simptomatis :
1. Zat asam dan uap.
2. Ekspetoran bila perlu
Fisioterapi :
1. Postural drainase.
2. Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.

1.1.6 Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik yang paling utama untuk mendiagnosa bronkopneumonia yaitu :
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi.
3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
1.1.7Komplikasi
Komplikasi yang dapatmunculpadapasiendenganbronkopneumoniaantaralain :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.


1.2 TinjauanAsuhanKeperawatan
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, dimana semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia
Tanda ;
Letargi ; penurunan toleransi terhadap aktifitas.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat
3. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah
Tanda : Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan tugor buruk, Penampilan kakeksia (malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
5. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk
Tanda : Melindungi area yang sakit (anak umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
6. Pernapasan
Gejala : Riwayat adanya PPOM, Takipnea, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal.
Tanda :
Sputum : merah muda, purulen
Bunyi napas : menurun atau napas bronkial.
Warna : pucat atau sianosis bibir atau kuku
7. Keamanan
Gejala : Demam (mis, 38,5-39,6oC)
Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gemetar.


1.2.2 DiagnosaKeperawatan
Berdasarkanperjalananpatofisiologipenyakit, masalahkeperawatan yang mungkinmunculpadaanakdengan meningitis antaralain :
1. BersihanjalannafastidakefektifberhubungandenganInflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5. Gangguankeseimbangancairandanelektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan, penurunan pemasukan oral.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap informasi
1.2.3 Intervensi
Rencanatindakan :
1. BersihanjalannafastidakefektifberhubungandenganInflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. Kriteriahasil ;
Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas, Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis
Intervensi :
a. Mengkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional ;Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
b. Mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.
Rasional ;Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
c. Memberikan posisi semi fowler.
Rasional ;Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
d. Memberikan minum hangat sedikit sedikit tapi sering.
Rasional;Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.
e. Melaksanakan tindakan delegatif : Bronchodilator, mukolitik, untuk mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
Rasional ;Pemberian obat-obatan pengencer dahak memudahkan proses evakuasi jalan nafas

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
KriteriaHasil ;sesak hilang, tidak ada sianosis pada kulit, membran mucosa dan kuku.
Intervensi ;
a. Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan kemudahan pernafasan.
Rasional ;Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Mengbsevasi warna kulit, membran mucosa dan kuku apakah terdapat sianosis.
Rasional ;Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c. Mempertahankan istirahat dan tidur.
Rasional ;Menghemat penggunaan oksigen dengan Istirahat dan tidur
d. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional ;Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Kriteriahasil ;Mampu toleran terhadap aktivitas sesuai kemampuan / kondisi anak.
Intervensi :
a. Membantu aktivitas anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional ;Anak membutuhkan bantuan dalam keadaan sakit untuk memenuhi kebutuhannya
b. Menyarankan keluarga untuk membatasi aktivitas anak yang berlebihan yang dapat menimbulkan kelelahan.
Rasional ;Aktifitas yang berlebih akan membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kelelahan pada anak
c. Menyarankan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
Rasional ;Dengan aktifitas yang dilakukan bertahap diharapkan energi yang dikeluarkan tidak berlebih.
4. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
Kriteriahasil ;suhutubuhanak 35,8˚-37,3˚C , nadi< 115 x/menit, angkaleukosit 5.000-10.000 u/dl, tidakterdapatkakukudukpadaanak, tingkatkesadarananak compos mentis.
Intervensi ;
a. Monitor suhutubuhanak
Rasional ;makinmeningkatnyasuhutubuhsebagaitandapeningkatan TIK yang dihasilkanolehmikroorganisme
b. Lakukankompreshangatataudingindaerahlimfedanpembuluhdarah yang besarsepertipadadaerah axilla, lipatanpaha, leher.
Rasional ;panasdaritubuhakanke media yang suhunyalebih relative lebihrendah.
c. Bedrestkanpasienuntukmenghambatperjalanantoksik
Rasional ;aktifitasfisikdapatmeningkatkankontraksiototdanmenaikkankecepataanalirandarah yang dapatberdampakpadapenyebarantoksik. Kontraksiototjugamenaikkanproduksipanastubuh.
d. Kolaborasipemberianantipiretiksepertiparasetamol
Rasional ;antipiretikmenghambatkenaikansuhutubuhpadajalurpusatpersarafan yang berperanterhadapsuhutubuhyaituhipotalamus.
e. Kolaborasipemberian antibiotic
Rasional ; antibiotic dapatmerusakdindingmikroorganismesehinggatidakmampuberkembangdanmenghasilkantoksik yang dapatberakibattoksemia.
5. Gangguankeseimbangancairandanelektroit berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan , penurunan pemasukan oral.
Kriteriahasil ;Meningkatnya masukan cairan , tidak ada tanda – tanda kurang volume cairan.
Intervensi ;
a. Mengkaji perubahan tanda-tanda vital
Rasional ;Untukmenunjukkan adanya kekurangan cairan sisitemik
b. Bantu pasienselamaMengkaji turgor kulit.
Rasional ;Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
c. Catat intake dan out put cairan
Rasional ;Memberikaninformasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional ;Memperbaiki status kesehatan

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Kriteriahasil ;makanan yang disediakan dapat dihabiskan.
Intervensi ;
a. Mengidentifikasifaktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah
Rasional ;Pilihanintervensi tergantung pada penyebab masalah
b. Memberikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional ;Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali dan mengurangi efek mual pada pasien.
c. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional ;Makanan hangat dapat meningkatkan rasa nyaman diperut pasien.
d. Menimbang BB setiap hari
Rasional ;Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap informasi
Kriteriahasil ;Mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan.
Intervensi ;
a. Memberikan penjelasan tentang penyakit anak, pencegahan, penatalaksanaan di rumah sakit atau yang dapat dilakukan dirumah agar oreang tua mengetahui dan mau aktif ikut serta dalam setiap tindakan.
Rasional ;Menambah pengetahuan keluarga sehingga dapat membantu dalam proses perawatan anak
b. Memotivasi ibu untuk melaksanakan anjuran petugas.
Rasional ;Peran ibu sangatlah penting dalam proses penyembuhan anak
1.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dipakai sebagai alat ukur keberhasilan dari rencana keperawatan didalam memenuhi kebutuhan klien.
Pada perawatan klien dengan Bronkopneumonia hasil yang diharapkan adalah: Bersihanjalannafaskembaliefektif, tidakterjadigangguanpertukaran gas, suhutubuh dipertahankan normal (36 – 37,2°C), nyeri berkurang/hilang, volume cairankembalistabil, nafsumakankembali normal, melaksanakan program terapi, terhindari dari komplikasi Bronkopneumonia tersebut.




























DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC






Tidak ada komentar:

Posting Komentar