Jumat, 22 Agustus 2014

ASKEP GEA

BAB 1
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Mansjoer,A.1999,501).
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. (WHO, 1980). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar antara 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram sehari (Soeparman Sarwono Waspadji, 1990; 163).

1.2 Etiologi
Etiologi dari diare adalah :
1) Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2) Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3) Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4) Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5) Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.







1.3 Patofisiologi

























1.4 Manifestasi Klinis
1. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin kurang lebih sehari 3kali.
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen.
5. Membran mukosa kering, pucat, gelisah malaise
6. Fontaneal cekung (bayi)
7. BB turun
8. Hematemesis feses – untuk memeriksa adanya darah
9. Uji antigen imunoesei enzim – untuk memastikan rotavirus
10. Perubahan TTV : SPN meningkat

1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja, makroskopis dan mikroskopis, PH dan gula jika diduga ada patoleransi gula (sugar intolerance). Biakan kuman untuk mencari kuman penyabab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika
2. Pemeriksaan darah ; darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pad diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kwantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
1.6 Penatalaksanaan
1. Pemberian terapi rehidrasi
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi ini untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat ( terapi rehidrasi ) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada derajat dehidrasi dan berat badan setiap anak atau golongan umur.
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis, suspek kolera dengan dehidrasi berat, diare persisten.
4. Obat – obatan meliputi antimotilitas ( missal Loperamid, Difenoksilat, Kodein, Opium ), Absorben ( missal Norit, attapulgit ). Antimuntah termasuk Prometazin dan Klorpromazin. Tidak satupun obat – obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak usia kurang dari 5 tahun.

1.7 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.7.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Muntah
Ejeksi kuat isi lambung, melibatkan proses komplit di bawah kontrol SSP yang menyebabkan hipersalivasi, pucat berkeringat, takikardia, biasanya disertai mual.
2) Mual
Rasa tidak enak yang secara samar menyebar ke tenggorokan atau abdomen dengan kecenderungan untuk muntah.
3) Diare
Peningkatan jumlah feses yang disertai dengan peningkatan kandungan air sebagai akibat dari perubahan transfer air dan elektrolit melalui saluran G I dapat bersifat akut atau kronis.
4) Nyeri abdomen
Nyeri yang berhubungan dengan abdomen yang mungkin terlokalisasi, akut atau kronis, sering diakibatkan oleh inflamasi, obstruksi, hemoragi.
5) Disfungsi menelan
Gangguan menelan karena defek sistem saraf atau defek obstruktural rongga oral, faring atau esofagus dapat menyebabkan masalah makan atau aspirasi.
6) Aktivitas / Istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, merasa gelisah dan ansietas.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji riwayat diare.
2) Kaji status hidrasi, ubun-ubun, turgor kulit, mata, membran mukosa mulut.
3) Kaji tinja, jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu BAB.
4) Kaji intake output.
5) Kaji BB.
6) Kaji tingkat aktivitas anak.
7) Kaji TTV.

3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan BB menurun, porsi makanan tidak dihabiskan, membran mukosa kering, nafsu makan menurun.
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
2) Kriteria Hasil :
- BB Dalam batas normal sesuai umur
- Meningkatnya pemasukan melalui mulut
- Porsi makanan yang disajikan habis
3) Intervensi dan Rasional
(1) Observasi BB tiap pemberian makan perhari / jam.
R : Memberikan informasi tentang pemenuhan nutrisi
(2) Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik
R : Makanan hangat dan menarik dapat meningkatkan nafsu makan
(3) Anjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
R : Meningkatkan kualitas intake nutrisi dan dapat menurunkan kejenuhan makan
(4) Bantu orang tua mengembangkan keseimbangan nutrisi
R : Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu terhadap pentingnya nutrisi sebagai penunjang
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen vitamin
R : Meningkatkan nafsu makan sebagai pemenuhan terhadap nutrisi
b. Diagnosa Keperawatan 2
Kekurangan Volume Cairan Dan Elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan abnormal yang ditandai dengan tidak adanya keseimbanagn antara asupan dan haluaran, membran mukosa/ kulit kering, BB kurang, haluaran urine berlebihan, sering berkemih, turgor kulit menurun, mual/ haus.
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan volume cairan elektrolit seimbang
2) Kriteria Hasil :
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Masukan cairan peroral ± 2500 cc/ hari
- Frekuensi BAB kurang dari 3x/ hari
3) Intervensi dan Rasional
(1) Observasi TTV
R : Mengetahui keadaan pasien, peningkatan suhu tubuh dan penurunan TD menunjukkan kekurangan volume cairan
(2) Pantau masukan dan haluaran
R : Indikator keseimbangan cairan tubuh
(3) Berikan HE tentang pentingnya cairan dan elektrolit bagi tubuh
R : HE yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk meningkatkan intake cairan peroral
(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi (Aspar-K, infus RL)
R : Menambah intake cairan untuk menjaga keseimbanagn cairan tubuh
c. Diagnosa Keperawatan 3
Perubahan Pola Eliminasi Alvi berhubungan dengan malabsorbsi usus yang ditandai dengan BAB lebih dari 3x/ hari, peningkatan bising usus, konsistensi BAB encer.
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam pola eliminasi alvi kembali normal
2) Kriteria Hasil :
- BAB 1x/ hari
- Bising usus normal 4-12 x/ menit
- Konsistensi feses normal
3) Intervensi dan Rasional
(1) Kaji frekuensi, karakteristik BAB
R : Konsistensi feses yang mulai lembek menunjukkan fungsi usus berubah normal
(2) Auskultasi bising usus
R : Hiperperistaltik mungkin akan tercatat jika ada diare
(3) Berikan makanan banyak serat/ susu bebas laktosa
R : membantu meningkatkan konsistensi BAB
(4) Berikan HE tentang penanganan awal
R : agar tidak terjadi dehidrasi berat
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antidiare
R : menurunkan motilitas usus

d. Diagnosa Keperawatan 4
Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan yang ditandai dengan suhu tubuh lebih dari 38°C, WBC > 10,4 K/ul
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam suhu tubuh dalam batas normal
2) Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh normal ( 36,5°C – 37,5°C )
- WBC normal 4.1 – 10.4 K/ul
3) Intervensi dan Rasional
(1) Observasi TTV terutama suhu tubuh
R : Mengetahui perkembangan pasien dan untuk menentukan terapi selanjutnya
(2) Berikan pakaian yang tipis
R : Panas dapat keluar melalui urine dan keringat, dengan diberikan pakaian tipis supaya terjadi diaforesis dengan begitu panas akan turun
(3) Ajarkan pemberian kompres hangat basah
R : Dengan diberikan kompres hangat basah agar terjadi vasodilatasi pada tubuh dan juga membuka pori-pori kulit sehingga mempercepat penguapan panas tubuh dengan begitu panas akan turun
(4) Berikan minum banyak ( 7-8 gelas/ hari atau 1400cc-1600cc/ hari )
R : Merangsang pengeluaran urine, menambah volume sirkulasi dan penurunan suhu tubuh
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan antibiotik sesuai indikasi
R : Menurunkan demam dengan aksi sentralnya dihipotalamus

e. Diagnosa Keperawatan 5
Risiko Tinggi Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan kelembaban perianal yang ditandai dengan perianal kemerahan, adanya lesi, nyeri
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit
2) Kriteria Hasil :
- Menunjukkan perilaku peningkatan penyembuhan
- Mencegah kerusakan kulit

3) Intervensi dan Rasional
(1) Observasi daerah perianal
R : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda iritasi pada kulit
(2) Anjurkan perawatan perianal rutin
R : Iritasi anal, ekskoriasi dan pruritus terjadi karena diare
(1) Observai intake output
R : Untuk mengobservasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(3) Gunakan sabun setiap mencuci perianal setelah BAB
R : Sabun mengandung desinfektan untuk melemahkan kuman/ bakteri
(4) Mengganti celana setiap kali basah/ habis BAB
R : Suasana yang lembab dapt mengganggu sirkulasi kulit dan tempat yang paling disukai bakteri untuk berkembang biak
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian salep antibiotik
R : Terapi pemberian antibiotik dapat digunakan untuk melemahkan bakteri yang ada
4. Evaluasi
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
- Membran mukosa lembab
- BB stabil
2. Kebutuhan volume cairan elektrolit seimbang
- Turgor kulit elastis
- Frekuensi BAB normal 1x/ hari
3. Pola eliminasi alvi kembali normal
- Frekuensi BAB 1x/ hari
- Konsistensi feses normal
4. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5°C – 37,5°C )
5. Integritas kulit dapat dipertahankan baik






BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.2.1 Data Umum
A. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 47 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Menikah
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Gurah – Kab.Kediri
Tanggal masuk : 13 Mei 2012
Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2012
No. Register : 1204086
Diagnosa Medis : GEA
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.M
Umur : 49 Tahun
Hub. Dengan Klien : Suami
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gurah – Kab.Kediri

2.2 RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan BAB lebih dari 6kali dalam sehari, konsistensi feses cair dan tidak ada ampas, tidak ada darah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan mulai tadi pagi BAB mencret dan cair, tidak ada ampas, nyeri ulu hati, tidak kembung. Sudah di bawa ke dokter tadi pagi, dan di beri obat tetapi tidak ada perubahan. Badan sudah lemas sehingga dibawa ke RS Baptis Kediri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai penyakit Gastritis secara kronis pada 4bulan yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular.
Genogram :
X X X






Keterangan :
: Laki-laki : Pasien

: meninggal
: perempuan
e. Riwayat Sosiokultura
Sosial : Hubungan pasien dengan keluarganya baik, anak dan istri pasien yang menunggu pasien di RS.
Kultural : Pasien berasal dari jawa dan hidup di lingkungan jawa
f. Review Pola-pola Sehat – Sakit
Pasien mengatakan yang membuat khawatir pasien adalah penyakit sesaknya kambuh lagi.
g. Pola Fungsi Kesehatn Gordon
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bila pasien dan keluarga ada yang mengalami gangguan kesehatan selalu dibawa periksa ke pukesmas atau ke dokter.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Di Rumah
Makan : 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur.

Minum : 1000cc (Air putih) Di Rumah Sakit
Makan : 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur, buah (habis 1 porsi yang diberikan)
Minum : 2000cc/hr, sirup, teh, air putih.
3. Pola Eliminasi
Di rumah
BAK : 5-6x/hari
BAB : 1hari 1x Di Rumah Sakit
BAK : 4-5x/hari
BAB : 1hari 3x

4. Pola Aktivitas dan Kesehatan
Di rumah
Sehari-hari pasien sebagai orang tua dan ibu rumah tangga.
Aktivitas dilakukan sendiri. Di Rumah Sakit
Pasien hanya tidur di TT kadang-kadang bangun untuk ke kamar mandi.
Aktivitas dibantu oleh keluarga.

5. Pola kognitif dan Persepsi
1. Pasien mengatakan penglihatannya masih baik
2. Pasien mengatakan pendengarannya masih baik
3. Pasien mengatakan penciumannya masih baik
4. Pasien mengatakan pengecapannya masih baik
5. Pasien mengatakan masih bisa membedakan kasar dan halus

6. Pola Persepsi – konsep Diri
Pasien mengatakan sedih terhadap keadaannya yang harus berpengaruh pada pola pencernaannya . pasien berharap setelah dilakukan tindakan medis , keadaannya dapat kembali seperti semula.
7. Pola Tidur dan Istirahat
Dirumah Dirumah sakit
Tidur malam : ± 7 jam / hari
Tidur siang : ± 2 jam / hari Tidur malam : ± 5 – 6 jam / hari
Tidur siang : ± 1 – 2 jam / hari

8. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan di karuniai 3 orang anak. pasien berperan sebagai seorang Ibu rumah tangga . hubungannya dengan keluarga,tetangga baik . di rumah sakit hubungannya dengan dokter dan perawat juga baik.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, pasien mengatakan sudah menikah hampir 30 tahun dan di karunia’i 3 orang anak.
10. Pola Toleransi Stres-Koping
Pasien mengatakan jika merasa bosan kadang berlibur dengan keluarga atau bermain ke tetangga sebelah.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Islam dan apabila adzan berkumandang pasien langsung beribadah.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
- Kesadaran pasien composmentis.
- Keadaan umum pasien lemas, terpasang IV RL 500cc Q6jam.
b. Tanda Vital
Suhu :36 Nadi :88x/menit Napas : 24x/menit T.Darah :110/70
c. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
d. Mata
Konjungtiva merah muda, reflek pupil terhadap cahaya +/+, pasien memakai kaca mata plus.
e. Hidung
Simetris, bersih tidak ada secret.
f. Telinga
Bersih, tidak ada serumen, simetris.
g. Mulut
Kebersihan mulut bersih, tidak bau, mukosa bibir lembab, lidah tidak terdapat jamur, gigi tidak terdapat caries..
h. Leher
Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat nyeri telan, tidak tedapat pembesaran kelenjar tiroid.
i. Dada dan Punggung
Dada – Inspeksi : Saat inspirasi tidak terlihat adanya otot bantu pernafasan dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
- Perkusi : Suara paru redup
- Auskultasi : Tidak adanya bunyi tambahan (wheezing -/-)
Punggung : Tidak ada kelainan pada punggung seperti kifosis, lordosis, dan skoliosis.
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka / bekas luka operasi.
Palpasi : Tidak ada benjolan, turgot kulit baik
Perkusi : Suara timpani dibagian kiri atas.
Auskultasi : Bising usus 10x/menit.

k. Ekstremitas
5 5
5 5
Keterangan :
5 : beban maksimal
4 : beban minimal
3 : ada kontraksi, dapat melawan gravitasi
2 : ada kontraksi, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi
1 : hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi
l. Genetalia
Tidak terkaji
m. Anus
Tidak terkaji

4. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik)
Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Elektrolit
Natrium
133
135-147
mEq/L
-
Balium 4,36 3,5-5 mEq/L -
Olibrita 112 95-105 Mmd/L -
Gula Darah
Gula Darah Sesaat
100
<200
mg/dL
-
Test Fungsi Ginjal
BUN
11
10-23
Mg/dL
-
Creatinin 0,97 LK 0,8-1,3 ; PR 0,6-1,0 Mg/dL -

5. DATA TAMBAHAN (Penatalaksanaan)
1. IV RL 500cc Q 6jam
2. Lacidofil 1 bid
3. Proticci 1 bid
4. New Diatab II tid
5. Paracetamol Prn panas.








B. ANALISIS DATA
1. Analisis Data
DATA
ETIOLOGI Masalah kolaboratif / Diagnosa keperawatan
DS : Pasien mengatakan BAB lebih dari 6kali dalam sehari, konsistensi feses cair dan tidak ada ampas, tidak ada darah.

DO :
- Konsistensi feses encer tidak ada ampas.
- Bising usus 10x/ menit
- KU lemas
- S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 Bakteri, virus, parasit, makanan basi/ beracun

Tractus digestivus

Berkembang biak di usus

Kerusakan villi

Villi usus memendek

Hiperperistaltik

Berkurangnya kemampuan usus menyerap makanan

Diare

Perubahan Pola Eliminasi Alvi

Perubahan Pola Eliminasi Alvi





Data Etiologi Masalah Kolaboratif / Keperawatan
DS : Pasien mengatakan nyeri ulu hati dan mencret cair, tidak ada ampas.

DO : KU lemas, kesadaran composmentis, BAB mencret, cair +, lendir +, terpasang IV RL 500cc Q6jam, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 Bakteri, virus, parasit, makanan basi/ beracun

Tractus digestivus

Berkembang biak di usus

Kerusakan villi

Villi usus memendek

Berkurangnya kemampuan absorbsi

Tekanan osmotic dirongga usus

Air dan elektrolit terdorong kedalam usus

Isi rongga usus berlebih

Merangsang usus untuk mengeluarkan isi usus

Kekurangan Cairan dan Elektrolit Kekurangan Cairan dan Elektrolit




2. Daftar Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan
NO. TANGGAL / JAM DITEMUKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL / JAM TERATASI
1.








2. 15 Mei 2012
16.00







15 Mei 2012
17.00 Perubahan Pola Eliminasi Alvi berhubungan dengan berkurangnya kemampuan usus menyerap makanan yang ditandai dengan Pasien mengatakan BAB lebih dari 6kali, konsistensi feses cair dan tidak ada ampas, Konsistensi feses encer tidak ada ampas, Bising usus 10x/ menit, KU lemas, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 .


Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih yang di tandai dengan mengatakan nyeri ulu hati dan mencret cair, tidak ada ampas, KU lemas, kesadaran composmentis, BAB mencret, cair +, lendir +, terpasang IV RL 500cc Q6jam, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 .







C. Perencanaan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NCP / NURSING CARE PLANS)

NO. MASALAH KOLABORATIF/ DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA RASIONAL TANGGAL/ JAM PARAF DI MULAI TANGGAL / JAM PARAF DI HENTINKAN
1.












2. Perubahan Pola Eliminasi Alvi berhubungan dengan berkurangnya kemampuan usus menyerap makanan yang ditandai dengan Pasien mengatakan BAB lebih dari 6kali, konsistensi feses cair dan tidak ada ampas, Konsistensi feses encer tidak ada ampas, Bising usus 10x/ menit, KU lemas, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 .




Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih yang di tandai dengan mengatakan nyeri ulu hati dan mencret cair, tidak ada ampas, KU lemas, kesadaran composmentis, BAB mencret, cair +, lendir +, terpasang IV RL 500cc Q6jam, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 . Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pola eliminasi kembali normal, dengan kriteria hasil :
- Bab 1x/ hari
- Konsistensi feses lunak/ normal
Bising usus antara 4-12x/ menit.








Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam cairan elektrolit terpenuhi seimbang, dengan kriteria hasil :
- Tidak ada tanda dehidrasi
- BAB 1x/ hari
- Konsistensi feses normal.
- Pasien tidak lemah 1. Observasi frekuensi, karakteristik dan jumlah BAB
2. Auskultasi bising usus.
3. Kaji tanda – tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan banyak serat
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diare.









1. Observasi TTV
2. Ukur intake dan output
3. Kaji tingkat dehidrasi ( turgor kulit, membran mukosa )
4. Beri banyak minum air putih
5. Berikan HE tentang oralit
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV. 1. Konsistensi feses yang mulai lembek menunjukkan fungsi usus kembali normal
2. Hiperperistaltik mungkin akan tercatat jika ada diare.
3. Menentukan derajat dehidrasi untuk menentukan intervensi yang tepat.
4. Membantu meningkatkan konsistensi feses.
5. Menurunkan motilitas usus.









1. Mengetahui keadaan pasien, peningkatan suhu tubuh dan penurunan TD menunjukkan kekurangan volume cairan
2. Indikator keseimbangan cairan tubuh
3. Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
4. Mempertahankan hidrasi
5. Oralit dapat mengganti cairan yang hilang
6. Tambahan masukan cairan

D. IMPLEMENTASI
TGL , JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI
15 Mei 2012
17.00















15 Mei 2012
18.00 Perubahan Pola Eliminasi Alvi berhubungan dengan berkurangnya kemampuan usus menyerap makanan yang ditandai dengan Pasien mengatakan BAB lebih dari 6kali, konsistensi feses cair dan tidak ada ampas, Konsistensi feses encer tidak ada ampas, Bising usus 10x/ menit, KU lemas, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 .





Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih yang di tandai dengan mengatakan nyeri ulu hati dan mencret cair, tidak ada ampas, KU lemah, kesadaran composmentis, BAB mencret, cair +, lendir +, terpasang IV RL 500cc Q6jam, S=36, P=88x/menit, N= 24x/menit, TD 110/70 . 1. Mengobservasi frekuensi, karateristik, dan jumlah BAB
2. Mengauskultasi bising usus.
3. Mengkaji tanda – tanda dehidrasi.
4. Memberikan makanan banyak serat.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diare.
6. Membantu pasien dalam defekasi





1. Mengobservasi TTV.
2. Mengukur intake dan output.
3. Mengkaji tingkat dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa).
4. Memberikan banyak minum air putih.
5. Memberikan HE tentang oralit.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian IV.




E. EVALUASI
TANGGAL, JAM DIAGNOSA EVALUASI
15 Mei 2012
19.00







15 Mei 2012
19.30






16 Mei 2012
16.00







16 Mei 2012
18.00 Diagnosa 1








Diagnosa 2







Diagnosa 1








Diagnosa 2 S : Pasien mengatakan masih berak encer.
O : konsistensi BAB cair, KU pasien lemah, bising usus 10x/menit, terpasang IV RL 500cc Q6jam.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

S : Pasien mengatakan berak encer 2x.
O : BAB cair, KU lemah, bising usus 10x/menit, terpasang IV RL 500cc Q6jam.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

S : Pasien mengatakan sudah tidak berak encer, badan lemah.
O : KU lemah, TD 110/70 , BAB sudah tidak mencret.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan no. 2,3,4

S : Pasien mengatakan badan lemah, tidak mencret.
O : KU lemah, tidak berak, tidak mual, S: 36, TD 110/70
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan no. 1,2,6
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. EGC. Jakarta
Brunner, Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Carpenito, Linda Juall. (2002). Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. EGC : Jakarta
Massjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapios : Jakarta

1 komentar:

  1. Bagus eee,,,,makasih atas info nya,,, kunjungi blog saya di kes131.blogspot.com

    BalasHapus